Pakaian Adat Sumatera Selatan, Simbol Kemewahan dan Kebesaran

Sedangkan busana pria berupa jubah bertabur bunga emas, celana, dan kain songket serta songkok emas sebagai penghias kepala. Selain itu juga kesuhan atau mahkota penghias kepala pengantin perempuan maupun pria, keris, bunga cempaka di kepala, dan Sanggul Malang.
Kemudian ada Tebeng Malu atau penutup bagian samping kepala berbentuk bola-bola warna-warni yang dirangkai dan dipasang di samping telinga.
Selanjutnya Terate yang merupakan hiasan digunakan oleh pengantin laki-laki dan perempuan untuk menutupi bagian dada dan pundak. Hiasan ini menggambarkan kemegahan, kesucian, dan kesabaran dalam hal apapun.
Pakaian adat Sumatera Selatan Pak Sangkong diartikan pakaian delapan dewa. Karena kata pak berati dua dan sangkong berarti dewa.
Atribut Aesan Gede dan Pak Sangkong memiliki kemiripan. Hanya saja untuk Aesan Gede identik dengan kemewahan, sementara Pak Sangkong keanggunan.
Pembesar pada zaman dahulu atau pengantin pria saat ini mengenakan songket lepus sulam emas yang dipadukan dengan jubah motif bunga emas, selempang dan celana. Hiasan kepala memakai songkok emas.
Sementara itu, pengantin perempuan memakai baju kurung atau dodot berwarna merah bermotif taburan bintang emas. Hiasan kepala berupa mahkota pak sangko, teratai penutup dada, serta kain songket bersulam emas.
Pak Sangkong dilengkapi mahkota atau hiasan kepala yang dipakai di kepala bagian kening. Pada mahkota terdapat motif hias bunga teratai dan setangkai bunga mawar, serta motif dasar berbentuk lingkaran.
Bunga teratai merupakan simbol dari kesucian. Bunga mawar adalah simbol dari kekeluargaan, juga matahari dan bulan.
Sementara motif hias berbentuk lingkaran merupakan simbol dari benda angkasa matahari yang bermaksud sebagai kepercayaan terhadap Tuhan.
Secara keseluruhan, mahkota Pak Sangkong merupakan simbol dari kesucian dan kepercayaan terhadap Tuhan.
Editor: Berli Zulkanedi