get app
inews
Aa Text
Read Next : Bobol 26 Mesin ATM di Sumsel, 3 Pelaku Terpaksa Ditembak Polisi

Pakaian Adat Sumatera Selatan, Simbol Kemewahan dan Kebesaran

Rabu, 10 Agustus 2022 - 16:41:00 WIB
Pakaian Adat Sumatera Selatan, Simbol Kemewahan dan Kebesaran
Pakaian Adat Sumatera Selatan. (Foto: southsumatratourism)

PALEMBANG, iNews.id - Pakaian adat Sumatera Selatan sebetulnya cukup banyak. Namun yang paling popular dan banyak dipakai publik figur dan tokoh nasional yakni Aesan Gede dan Pak Sangkong

Pakaian adat Sumatera Selatan ini sering dipakai dalam acara pernikahan, yang melambangkan kemewahan, keanggunan dan kebesaran. Pakaian adat Sumatera Selatan ini pada zaman dahulu merupakan pakaian kebesaran para raja atau sultan. 

Mengutip berbagai sumber, berikut ulasan pakaian adat Sumatera Selatan yakni Aesan Gede dan Pak Sangkong. 

Aesan Gede

Dalam bahasa setempat dan sering diucapkan hingga saat ini, Aesan berarti hiasan atau pakaian. Sementara gede berasal dari kata besar yang memilii makna pembesar atau petinggi. Karenanya, Aesan Gede berarti pakaian pembesar atau pakaian kebesaran. 

Pakaian adat Sumatera Selatan Aesan Gede didominasi warna merah dengan benang emas dari tenunan kain songket. Unsur keemasan ini melambangkan citra Sumatera di masa lalu yang dikenal sebagai swarnadipa atau pulau emas.

Pakaian adat Sumatera Selatan Aesan Gede untuk pengantin perempuan berupa baju kurung warna merah dan berhiaskan motif bertabur bunga bintang keemasan. Kemudian dipadukan dengan kain songket lepus bersulam emas. Pakaian ini dilengkapi dengan penutup dada, perhiasan dan mahkota dengan untaian bunga.

Sedangkan busana pria berupa jubah bertabur bunga emas, celana, dan kain songket serta songkok emas sebagai penghias kepala. Selain itu juga kesuhan atau mahkota penghias kepala pengantin perempuan maupun pria, keris, bunga cempaka di kepala, dan Sanggul Malang.

Pakaian Adat Sumatera Selatan yang menjadi simbol keangguan dan kebesaran. (Foto: tradisi-tradisional.blogspot)
Pakaian Adat Sumatera Selatan yang menjadi simbol keangguan dan kebesaran. (Foto: tradisi-tradisional.blogspot)

Kemudian ada Tebeng Malu atau penutup bagian samping kepala berbentuk bola-bola warna-warni yang dirangkai dan dipasang di samping telinga.

Selanjutnya Terate yang merupakan hiasan digunakan oleh pengantin laki-laki dan perempuan untuk menutupi bagian dada dan pundak. Hiasan ini menggambarkan kemegahan, kesucian, dan kesabaran dalam hal apapun.

Pak Sangkong

Pakaian adat Sumatera Selatan Pak Sangkong diartikan pakaian delapan dewa. Karena kata pak berati dua dan sangkong berarti dewa. 

Atribut Aesan Gede dan Pak Sangkong memiliki kemiripan. Hanya saja untuk Aesan Gede identik dengan kemewahan, sementara Pak Sangkong keanggunan.

Pembesar pada zaman dahulu atau pengantin pria saat ini mengenakan songket lepus sulam emas yang dipadukan dengan jubah motif bunga emas, selempang dan celana. Hiasan kepala memakai songkok emas.

Sementara itu, pengantin perempuan memakai baju kurung atau dodot berwarna merah bermotif taburan bintang emas. Hiasan kepala berupa mahkota pak sangko, teratai penutup dada, serta kain songket bersulam emas.

Pak Sangkong dilengkapi mahkota atau hiasan kepala yang dipakai di kepala bagian kening. Pada mahkota terdapat motif hias bunga teratai dan setangkai bunga mawar, serta motif dasar berbentuk lingkaran.

Bunga teratai merupakan simbol dari kesucian. Bunga mawar adalah simbol dari kekeluargaan, juga matahari dan bulan.

Sementara motif hias berbentuk lingkaran merupakan simbol dari benda angkasa matahari yang bermaksud sebagai kepercayaan terhadap Tuhan.

Secara keseluruhan, mahkota Pak Sangkong merupakan simbol dari kesucian dan kepercayaan terhadap Tuhan.

Pak Sangkong dikenakan bersama dengan kain songket, yang merupakan ciri khas dari pakaian adat Sumatera Selatan. Motif kain songket secara simbolis menunjukkan bahwa masyarakat Palembang ramah, tertib dan saling menghormati satu sama lain.

Sementara aksesoris lainnya, yakni Dodot umumnya dodot juga memiliki motif senada dengan kain songket menyimbolkan bahwa kedua pengantin sebagai makhluk sosial, harus ramah, tidak boleh sombong. Selain itu pengantin juga harus saling menghormati sesama manusia dan menjaga ketertiban

Jubah yang dikenakan merupakan akulturasi dari budaya Arab. Berupa baju panjang bertabur motif bunga teratai yang digambarkan seolah mengapung di air. Teratai sendiri melambangkan kebahagian pengantin yang telah menikah.

Rompi digunakan bermotif tunas tumbuhan dengan pola geometris zig-zag. Tunas adalah simbol agar manusia bermanfaat bagi yang lainnya, sementara motif zig-zag bermakna sama dengan motif songket dan dodot.

Kemudian Baju kurung pada pengantin perempuan mendapatkan pengaruh dari budaya Melayu-Islam. Agar senada, baju kurung harus bermotif sama dengan jubah pengantin laki-laki. Bermotif taburan bunga sebagai simbol bahwa pengantin perempuan juga sedang berbahagia atas pernikahannya.

Editor: Berli Zulkanedi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut