Rumah Sakit di Palembang Gunakan Jamu dan Minyak Oles, kok Bisa?

PALEMBANG, iNews.id - Rumah Sakit Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang saat ini menjadi rumah sakit pertama di Sumatera Selatan yang telah menerapkan layanan medis kesehatan menggunakan obat tradisional. Obat tradisional menjadi alternatif pihaknya dalam memberikan pelayanan kesehatan selain pengobatan menggunakan obat bahan kimia.

Direktur Utama RSMH Palembang, Bambang Eko Sunaryoto mengatakan, obat tradisional yang digunakan meliputi ramuan herbal rempah-rempah untuk pengobatan berbagai penyakit, seperti jamu-jamuan dan minyak oles yang sebelumnya sudah melewati proses penelitian sehingga aman untuk digunakan.

Baca Juga

Melawan Polisi, Tersangka Pembunuh di Pesta Organ Tunggal di Desa Maur Muratara Ditembak Polisi

"Penggunaan obat tradisional seperti jamu-jamuan sudah kami terapkan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan," ujar Bambang, Selasa (9/11/2021).

Menurutnya, penggunaan obat tersebut sifatnya lebih kepada pencegahan dan penguatan daya tahan tubuh selebihnya masih menggunakan obat kimia, dengan kadar yang telah ditentukan sesuai kebutuhan pasien.

Baca Juga

Pengakuan DJ Cantik di Palembang Dapat Transferan usai Berbuat Terlarang di Medsos

Obat tradisional digunakan untuk jenis penyakit seperti diare, kolesterol, asam urat, diabetes militus, serta penyakit jantung atau lainnya sesuai rekomendasi dari dokter yang menangani.

Baca Juga

Curi Kotak Amal untuk Bayar Pinjol, Pasangan di Palembang Ditangkap saat Pesan Nasi Padang

"Sesuai kebutuhan dan rekomendasi dari dokter tujuannya untuk meningkatkan kesehatan pasien dan mendukung kearifan lokal," katanya.

Sementara itu Wakil Gubernur Sumatera Selatan, Mawardi Yahya mengatakan, penggunaan obat tradisional merupakan terobosan apalagi obat tersebut selama ini sudah dimanfaatkan oleh masyarakat, sebelum mengenal obat kimia.

"Pemerintah pasti mendukung karena ide ini bagus. Paling tidak penggunaan obat kimia bisa diseimbangkan dengan obat tradisional bila digunakan di rumah sakit," ucap Mawardi.

Editor: Berli Zulkanedi