Sejarah Kota Palembang, Jangan Ngaku Wong Kito Jika Tak Tahu
Tentunya banyak lagi cerita, legenda bahkan mitos tentang Sriwijaya. Pelaut-pelaut asing seperti Cina, Arab dan Parsi, mencatat seluruh perisitiwa yang mereka lihat dan denga. Pelaut-pelaut Arab dan Parsi, menggambarkan keadaan Sungai Musi, Palembang bagaikan kota di Tiggris.
Masih mengutip laman resmi Pemkot Palembang, Kota Palembang digambarkan sebagai kota yang sangat besar, dan jika memasuki kota tersebut, kokok ayam jantan tidak berhenti bersahut-sahutan (dalam arti kokok sang ayam mengikuti terbitnya matahari). Kisah-kisah perjalanan mereka penuh dengan keajaiban 1001 malam.
Pelaut-pelaut China mencatat lebih realistis tentang Kota Palembang. Mereka melihat bagaimana kehiduapan penduduk kota yang hidup di atas rakit-rakit tanpa dipungut pajak. Sedangkan bagi pemimpin hidup berumah di tanah kering di atas rumah yang bertiang.
Mereka mengeja nama Palembang sesuai dengan lidah dan aksara mereka. Palembang disebut atau diucapkan mereka sebagai Po-lin-fong atau Ku-kang (berarti pelabuhan lama).
Setelah mengalami kejayaan di abad-abad ke-7 dan 9, maka di kurun abad ke-12 Sriwijaya mengalami keruntuhan secara perlahan-lahan. Keruntuhan Sriwijaya ini, baik karena persaingan dengan kerajaan di Jawa, pertempuran dengan kerajaan Cola dari India dan terakhir kejatuhan ini tak terelakkan setelah bangkitnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam yang tadinya merupakan bagian-bagian kecil dari kerajaan Sriwijaya, berkembang menjadi kerajaan besar seperti yang ada di Aceh dan Semenanjung Malaysia.
Editor: Berli Zulkanedi