get app
inews
Aa Text
Read Next : Penampakan Offset Harimau-Macan Dilindungi Dibakar BKSDA Sumsel

Rumah Adat Sumatera Selatan, Filosofi Keseimbangan dan Jaga Kesucian Perempuan

Sabtu, 19 Maret 2022 - 08:37:00 WIB
Rumah Adat Sumatera Selatan, Filosofi Keseimbangan dan Jaga Kesucian Perempuan
Rumah adat Sumatera Selatan yang memiliki banyak filosofi. (Foto: Budaya Indonesia)

Banyak etnis yang terlibat dalam pembangunan rumah limas, seperti etnis Melayu, Jawa, Islam hingga Tionghoa. Namun rumah adat Sumatera Selatan yang dibangun di masa Kesultanan Palembang Darussalam tersebut, juga sarat akan nilai-nilai budaya Islam. Seperti atap rumah menyerupai tanduk kambing atau biasa disebut simbar. 

"Ada dua simbar yang melambangkan Adam dan Hawa, tiga simbar berarti matahari, bulan dan bintang, lalu empat simbar berarti empat sahabat nabi, lima simbar mengisyaratkan jumlah rukun Islam dan enam simbar menyimbolkan jumlah rukun iman. Sedangkan di setiap sisi atap Rumah Limas mempunyai kemiringan yang sama yaitu 40-60 derajat," ucapnya.

Tiang-tiang kokoh yang menyangga bagian bawah rumah limas pun menggambarkan bagaimana hunian ini beradaftasi dengan kontur daerah Palembang. Di masa lalu, hingga 75 persen kawasan Palembang merupakan rawa atau perairan. 

Fungsi tiang yang berbahan kayu tembesu ini sendiri, agar bisa dibangun di atas rawa-rawa dan bisa terhindar dari aktifitas binatang buas serta banjir. 

Keunikan rumah limas tak berhenti di situ saja. Di dalam rumah limas, ada berbagai tingkatan yang juga sarat akan filosofi kehidupan.

"Di tingkatan pertama disebut pagar tenggalong, filosofinya sebagai siklus kehidupan. Setiap tingkatan dibatasi oleh Kekinjeng. Bahkan di dinding teras, menggunakan pagar khusus seperti kaca riben. Di mana, orang di dalam bisa melihat aktifitas di luar rumah, sedangkan di luar tidak bisa melihat aktifitas di dalam rumah," kata Erwan. 

Menurutnya, pembatas dinding tersebut juga mempunyai filosofi unik. Yaitu, para anak perempuan yang akan dijodohkan ke pria, bisa melihat terlebih dahulu sosok pria tersebut dari luar. Budaya ini membuat anak-anak perempuan pada saat itu terjaga kesuciannya. Ada juga pintu lawang yang berada di atas atap teras, yang bisa diturunkan sebagai dinding pembatas jika ada tamu di teras. 

Pintu lawang atau disebut Kiam Kipas, yang membatasi ruang teras dan ruang keluarga. Ada juga Lawang Kerek atau Lawang Porotan yang digunakan untuk akses pintu sehari-hari. 

"Tingkatan kedua disebut Jogan, yang menjadi ruang penjagaan untuk prajurit. Ada juga gerobak leket yang multifungsi, bisa untuk tempat hiasan dan penyekat antara ruang tengah dan kamar. Serta tingkatan ketiga yaitu ruang gegajah, di mana ruangan ini khusus untuk tamu kehormatan atau orang yang dituakan," ucapnya. 

Lalu, di tingkatan ke empat yaitu ruang kerja yang digunakan untuk memasak, menenun dan aktifitas lainnya.

Editor: Berli Zulkanedi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut