Kerajaan Sriwijaya, Cikal Bakal Dinasti Sailendra yang Jadi Penguasa Perdagangan Asia Tenggara

Letaknya yang strategis dari sisi perdagangan juga membuat Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pengajaran agama Buddha Vajrayana. Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Di antaranya pendeta dari Tiongkok I-tsing, yang memperagakan lawatan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695.
I-Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah untuk sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain berita di atas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1.000 orang pendeta yang berusaha belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.
Kendati secara ekonomi dan militer kuat, namun tak banyak peninggalan sejarah yang dimiliki Kerajaan Sriwijaya. Hal ini berbeda dengan trah mereka dari Wangsa Sailendra yang berpindah ke Jawa Tengah yang banyak mendirikan peninggalan candi besar, seperti Candi Kalasan, Candi Borobudur, maupun Candi Sewu.
Tercatat, hanya ada beberapa candi - candi Buddha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera di antaranya Candi Muara Takus, Candi Muaro Jambi, dan Biaro Bahal. Akan tetapi tak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi di Sumatera terbuat dari bata merah.
Editor: Berli Zulkanedi