Cerita Pemburu Harta Karun Sriwijaya, Bertaruh Nyawa di Dasar Sungai Musi
Asmadi juga memiliki sekitar enam dayung kapal masa Kerajaan Sriwijaya, berbagai perhiasan emas dengan kadarnya yang mencapai hingga 24 karat, berbagai jimat berbahan logam, dan fosil-fosil koin.
Lokasi penemuan rata-rata berada di wilayah 1 ilir, 3 ilir, dan sekitar PT Pusri yang sejak dahulu diyakini telah menjadi pusat peradaban dari tiga jaman yaitu Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang dan Kolonial Belanda.
Selain Asmadi di Pulau Kemaro banyak penyelam tradisional yang sudah berpengalaman lainnya. Tetapi para penyelam tersebut biasanya menjual seluruh hasil temuannya sedangkan Asmadi tidak.
Untuk koleksi berbau lokal biasanya tidak pernah dijual karena memiliki harga nilai tinggi. Sebagian koleksinya juga berasal dari penyelam lain yang dibeli dengan harga tertentu. Kemudian koleksi tersebut dijual lagi melalui media sosial dan biasanya kolektor akan datang langsung ke rumahnya.
Sejak tahun 2019 Asmadi memberanikan diri untuk membangun museum pribadi yang lokasinya tepat berada di belakang rumahnya.
Bangunan museum dibuat dengan cor semen permanen dengan ukuran panjang mencapai 12 meter dan lebarnya 8 meter. Tetapi progres tersebut mangkrak karena Asmadi kekurangan biaya. Asmadi sendiri pun enggan menyerahkan ragam koleksinya kepada pemerintah karena takut jika nilai jualnya tidak sebanding dengan harga para kolektor.
Saat ini kediaman Asmadi sering dikunjungi oleh para pengunjung dan komunitas belajar yang ingin menyentuh dan melihat langsung berbagai benda kuno tersebut. Hal itu menjadi daya tarik tersendiri, karena tentu memegang benda kuno tersebut tidak bisa dilakukan ketika berada di museum-museum besar lainnya.
Editor: Berli Zulkanedi