get app
inews
Aa Text
Read Next : 6 Fakta Menarik Kota Palembang, Jadi Tempat Gelaran Olahraga Terbesar

Cerita Pemburu Harta Karun Sriwijaya, Bertaruh Nyawa di Dasar Sungai Musi

Rabu, 21 September 2022 - 12:53:00 WIB
Cerita Pemburu Harta Karun Sriwijaya, Bertaruh Nyawa di Dasar Sungai Musi
Asmadi menunjukkan sejumlah benda kuno yang ditemukanannya di dasar Sungai Musi. (Foto: Antara)

JAKARTA, iNews.id - Cerita pemburu harta karun Sriwijaya menarik untuk diulas. Salah satu Asmadi, pemburu harta karun yang juga memiliki museum pribadi, yakni rumah yang dijadikan tempat menyimpan benda-benda kuno. 

Asmadi mencari harta karun dengan menyelam di dasar Sungai Musi, salah satu sungai terbesar dan terpanjang di Indonesia. Harta karun atau benda-benda kuno konon peninggalan jaman Kerajaan Sriwijaya disimpan di museum pribadi yang terletak di Pulau Kemaro, sebuh delta di tengah Sungai Musi. 

Dilihat sekilas, museum milik Asmadi tampak seperti rumah panggung biasanya. Namun tidak ada yang menyangka jika rumah itu memiliki ratusan koleksi dari peninggalan masa prasejarah dari Kerajaan Sriwijaya sampai pada masa Kolonial Belanda. Jika dihitung koleksi tersebut bahkan lebih banyak dibandingkan dari kolesi museum setempat.

Di museum pribadi milik Asmadi ini tersimpan banyak koin, gerabah, dayung kapal sampai dengan jimat yang sudah berusia ratusan tahun lalu.

Asmadi mendapatkan berbagai macam koleksi tersebut dengan cara menyelam secara langsung Sungai Musi di Kota Palembang. Asmadi sudah menyelam untuk mencari harta karun sejak tahun 2017. Asmadi termasuk penyelam pemula dibandingkan pencari harta lain yang sudah puluhan tahun. 

Namun Asmadi berbeda dengan penyelam lainnya karena memiliki visi yang berbeda dengan benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya tersebut. Asmadi ingin mengumpulkan semua peninggalan tersebut dan memajangnya di museum pribadi.

Menurutnya koleksi tersebut tidak harus selalu diperjualbelikan tetapi bisa menjadi sebuah sarana edukasi dan sekaligus menjadi daya tarik wisata.

Asmadi sejak kecil sudah menetap di Pulau Kemaro bersama dengan keluarganya. Asmadi juga seorang sarjana yang memiliki mimpi membangun Museum Musi Treasure.

Bertaruh Nyawa

Cerita pemburu harta karun Sriwijaya bertaruh nyawa dengan peralatan seadanya menyelam di dasar Sungai Musi. Menurut Asmadi, menyelam di Sungai Musi bukanlah suatu perkara yang gampang. Jarak pandang di dalam sungai nol meter dan peralatan yang digunakan seadanya yakni mesin kompresor dan selang. 

Saat berada di dasar Sungai Musi, Asmadi merasa sudah berada di antara ambang hidup atau mati. Ketika menyelam hanya meraba-raba dasar sungai dan tidak tahu bahaya apa yang akan datang di depannya. Karena itu, Asmadi harus membuat perkiraan atau perhitungan sebelum menyelam.

Dengan perbekalan seadanya kompresor dan selang Asmadi dan penyelam lain masuk ke dasar Sungai Musi di pagi, siang, bahkan juga malam hari. Ketika sudah tiba di dasar Sungai Musi, Asmadi akan mengarahkan selang ke berbagai arah agar semakin banyak pasir atau tanah tersedot ke kapal. Tidak jarang Asmadi juga masih harus merabah dasar sungai menggunakan tangan agar kemungkinan mendapatkan benda berharga semakin besar.

Biasanya Asmadi harus bertahan di dasar sungai selama dua jam. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi selama dua jam di dasar air, seperti suhu dingin sampai dengan potensi pendarahan jika salah teknik ekualisasi.

Resiko juga akan semakin bertambah besar seiring dengan bertambahnya kedalaman sungai. Asmadi mengaku pernah melakukan penyelaman hingga kedalaman 15 sampai 40 meter tergantung dengan titik dan lokasinya.

Menurut pengakuan dari Asmadi, sebelum menjadi penyelam mengikuti pelatihan dengan penyelam yang sudah berpengalaman. Asmadi diajarkan untuk mampu memetakan kondisi di dalam sungai tanpa melihat, karena jika berada semakin ke dalam maka tekanannya akan berbeda.

Asmadi mengaku, terkadang risiko yang besar berbanding terbalik dengan hasil yang hanya mendapatkan koin-kin. Namun ketika tengah beruntung, Asmadi dan kelompoknya bisa mendapatkan emas berupa perhiasan yang berasal dari masa Kerajaan Sriwijaya dengan harga jual jutaan rupiah.

Koleksi Antik

Menurut cerita emburu harta karun Sriwijaya, biasanya benda-benda terbanyak yang diperoleh berupa gerabah, keramik, jimat, perhiaan, dayung kapal, koin, dan senjata. 

Saat ini, Asmadi memiliki sekiar 8.000 koin yang terus disimpanannya. Koin-koin kuno tersebut berasal dari masa Dinasti Tang, Yuan, Ming dan Qing yang dikala itu masih satu zaman Kerajaan Sriwijaya.

Sedangkan untuk koleksi gerabah hampir sebagian miliknya telah teridentifikasi merupakan benda peninggalan peradaban lokal pada abad ke-2 atau pada jaman pra Kerajaan Sriwijaya. Ciri-cirinya adalah tidak mempunyai corak dan terbuat dari tanah merah yang umumnya berbentuk kendi dan toples.

Sementara keramik-keramik menurutnya hampir banyak yang berasal dari China dengan memiliki ciri khas motif hewan serta memiliki warna yang kuat, umumnya penemuan tersebut berbentuk piring maupun mangkok.

Asmadi juga memiliki sekitar enam dayung kapal masa Kerajaan Sriwijaya, berbagai perhiasan emas dengan kadarnya yang mencapai hingga 24 karat, berbagai jimat berbahan logam, dan fosil-fosil koin.

Lokasi penemuan rata-rata berada di wilayah 1 ilir, 3 ilir, dan sekitar PT Pusri yang sejak dahulu diyakini telah menjadi pusat peradaban dari tiga jaman yaitu Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang dan Kolonial Belanda.

Museum Musi Treasure

Selain Asmadi di Pulau Kemaro banyak penyelam tradisional yang sudah berpengalaman lainnya. Tetapi para penyelam tersebut biasanya menjual seluruh hasil temuannya sedangkan Asmadi tidak.

Untuk koleksi berbau lokal biasanya tidak pernah dijual karena memiliki harga nilai tinggi. Sebagian koleksinya juga berasal dari penyelam lain yang dibeli dengan harga tertentu. Kemudian koleksi tersebut dijual lagi melalui media sosial dan  biasanya kolektor akan datang langsung ke rumahnya.

Sejak tahun 2019 Asmadi memberanikan diri untuk membangun museum pribadi yang lokasinya tepat berada di belakang rumahnya.

Bangunan museum dibuat dengan cor semen permanen dengan ukuran panjang mencapai 12 meter dan lebarnya 8 meter. Tetapi progres tersebut mangkrak karena Asmadi kekurangan biaya. Asmadi sendiri pun enggan menyerahkan ragam koleksinya kepada pemerintah karena takut jika nilai jualnya tidak sebanding dengan harga para kolektor.

Saat ini kediaman Asmadi sering dikunjungi oleh para pengunjung dan komunitas belajar yang ingin menyentuh dan melihat langsung berbagai benda kuno tersebut. Hal itu menjadi daya tarik tersendiri, karena tentu memegang benda kuno tersebut tidak bisa dilakukan ketika berada di museum-museum besar lainnya.

Editor: Berli Zulkanedi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut