Bahasa Daerah di Sumsel Terancam Punah Ditinggalkan Warganya

PALEMBANG, iNews.id - Vitalitas bahasa asli daerah Sumatera Selatan (Sumsel) diklasifikasikan berada dalam kondisi yang mengalami penurunan, sehingga membutuhkan tindakan intervensi perlindungan supaya penuturannya tetap lestari. Berdasarkan penelitian Badan Bahasa, di era globalisasi masyarakat lebih diarahkan menggunakan bahasa tertentu yang lebih kuat secara ekonimi-politik.
Kepala Balai Bahasa Sumsel (Balai Bahasa Sumsel) Umar Solikhan mengatakan, secara keseluruhan hampir semua bahasa daerah terutama di wilayah perkotaan mengalami penurunan vitalitas, bahasa daerah Sumsel termasuk di antaranya. Penurunan vitalitas bahasa tersebut juga ditemukan pada bahasa daerah dengan penuturan sangat besar seperti bahasa Jawa dan Sunda.
Menurutnya, globalisasi menjadi salah satu penyebab utama penurunan vitalitas bahasa daerah tersebut, selain migrasi masyarakat dan perkawinan silang antaretnis yang berbeda bahasa. Sebab diketahui berdasarkan penelitian Badan Bahasa di era globalisasi itu telah mengarahkan masyarakat ke satu bahasa tertentu.
"Bahasa tersebut ialah bahasa yang lebih kuat secara ekonomi-politik sehingga menjadikan penuturan bahasa daerah dinilai sudah tidak relevan dengan zaman atau dianggap tidak keren dewasa ini," ujarnya, Senin (7/3/2022).
Umar menjelaskan berdasarkan hasil penelitian pada rentang waktu 2014 - 2017, Badan Bahasa sendiri telah memetakan sebanyak enam bahasa asli daerah yang dimiliki Sumsel.
Keenam bahasa asli Sumsel tersebut ialah bahasa Kayu Agung, Bahasa Komering, Bahasa Lematang, Bahasa Melayu dan kemudian Bahasa Ogan dan Bahasa Pedamaran.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga mencatat beberapa bahasa pendatang yang ada di Sumsel yaitu bahasa Jawa. "Kemudian Bahasa Bugis dan Bahasa Bali yang belakangan tergolong bahasa yang baru ditemukan di Sumsel," katanya.
Bahasa Kayu Agung sendiri terdiri dari sembilan dialek, yaitu Dialek Lintang, Dialek Kimak, Dialek Pagar Dewa, Dialek Pematang, Dialek Panesak, Dialek Kayuagung Perigi, Dialek Kikim, Dialek Lubuk Rumbai, dan Dialek Ngulak.
Editor: Berli Zulkanedi