Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. (Foto: Ist)

Proyeksi iklim di 2030 berdasarkan basis 2006-2016, pada 2030 suhu udara akan meningkat 0,5 derajat celcius dalam kurun waktu 10 tahun dan curah hujan lebih kering 20 persen. Hal ini dijelaskan Dwikorita disebabkan potensi bencana hidrometeorologi semakin meningkat. 

"Periode El Nino (musim kering panjang) dan La Nina (musim hujan basah yang ekstrim) periode sebelum 1980 itu 5-7 tahun sekali. Namun karena perubahan iklim pada 1981 memendek jadi 2-3 tahun, dan dua tahun terakhir terjadi setiap tahun," katanya. 

Cuaca ekstrem seperti badai tropis Cempaka dan Seroja seharusnya tidak menembus wilayah khatulistiwa seperti yang sekrang terjadi di Indonesia. "Misalnya dua badai tropis tersebut yang biasanya hanya masuk ekornya saja, sekarang seluruhnya kepala hingga ekor masuk ke wilayah pulau. Hal ini disebabkan karena kenaikan suhu udara, terakhir badai tersebut seluruh bagian badai masuk ke daratan NTT," ungkapnya. 

Dwikorita menambahkan, bencana hidrometeorologi di Indonesia meningkat, menjadi bencana terbesar dengan prosentase 95 persen. "Total bencana di 2021 ada 5.402 kasus bencana sebagai dampak perubahan iklim global," ucapnya.


Editor : Berli Zulkanedi

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network