Operasi militernya itu diklaim mencegah kelompok-kelompok perlawanan Palestina mampu melancarkan serangan lagi.
Operasi itu juga diklaim menghambat kemampuan Hamas untuk memproduksi dan meluncurkan roket dan, yang paling penting, merusak apa yang disebut jaringan terowongan metro Hamas, sistem terowongan bawah tanah yang digunakan oleh kelompok itu untuk menyelundupkan senjata dan pejuangnya.
Tetapi, Mkhaimer Abu Seada, seorang analis politik yang berbasis di Gaza, meragukan pencapaian Israel sebesar itu.
"Israel mengeklaim telah menghancurkan sekitar 100 kilometer terowongan di Gaza. Ini tidak dapat dipercaya, karena itu berarti sepertiga dari Gaza telah dihancurkan dan kami tahu bukan itu masalahnya," katanya.
"Yang rusak parah adalah infrastruktur Jalur Gaza, bukan kemampuan mereka untuk menembakkan roket," ujarnya, seperti dikutip Sputniknews, Senin (24/5/2021).
Meskipun terlalu dini untuk memperkirakan kerusakan dari putaran permusuhan baru-baru ini, penghancuran beberapa bangunan tempat tinggal, jalan, sekolah, rumah sakit, dan kantor polisi akan merugikan Hamas miliaran dollar Amerika.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait