Selanjutnya, HA Bastari juga memfasilitasi pembangunan PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) dengan menimbun seluruh areal rawa di sekitar lokasi pabrik dengan mengeruk pasir Sungai Musi. Selain itu, dirinya juga memfasilitasi infrastruktur untuk membangun Universitas Sriwijaya dan IAIN Raden Fatah Palembang.
HA Abuyasid Bustomi 1964-1967
Tantangan berat dihadapi HA Abuyasid Bustomi saat memimpin Provinsi Sumatera Selatan. Saat itu, kondisi keamanan di Indonesia termasuk Sumatera Selatan sangat rawan dan mencekam.
Hal tersebut disebabkan manuver politik yang sedang memanas, sehingga meletuslah gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia atau yang sering disingkat G 30 S PKI, Gerakan September Tiga Puluh (Gestapu), dan Gerakan Satu Oktober (Gestok) yang merupakan sebuah peritiwa yang terjadi selewat malam 30 September sampai awal 1 Oktober 1965.
H Ali Amin 1967-1968
Awal kepemimpinannya harus dihadapai dengan tugas yang berat yakni menata kembali Provinsi Sumatera Selatan pasca-kerusuhan yang terjadi pada 1966. Saat itu, berbagai kesatuan aksi seperti KAMI, KAPPI, dan KAGI, masih aktif beraktivitas melanjutkan Tiga Tuntutan Rakyat atau Tritura.
Selain itu pula, dia juga harus menata kembali kehidupan masyarakat pasca-meletusnya G 30 S PKI pada 1965 lalu. Masyarakat yang terlibat dijadikan beberapa golongan yakni golongan A, B , dan C.
H Asnawi Mangku Alam 1968-1978
Dilatik pada Januari 1968 oleh Mendagri Basuki Rachmat, Asnawi Mangku Alam menjadi Gubernur pertama Provinsi Sumatera Selatan yang menjabat dua kali masa pemerintahan.
Sebagai gubernur paling lama di Provinsi Sumsel ini berhasil mengembalikan masyarakat yang sebelumnya termasuk golongan A, B, dan C karena terlibat dalam G 30 S PKI ke dalam lingkungan masyarakat pada umumnya. Sebelumnya, dalam pemilu 1971 ex golongan C G 30 S/PKI belum diikutsertakan menggunakan hal pilihnya.
Editor : Berli Zulkanedi
gubernur sumsel Dari masa ke masa sumsel herman deru AK Gani alex noerdin Rosihan Arsyad Ramli Hasan Basri Sainan Sagiman sumatera
Artikel Terkait