Kemudian Serunting berjalan ke arah persawahan dan mengucapkan “Sawah jadilah emas” kemudian sawah itu berubah menjadi emas. Serunting juga melewati aliran sungai yang tidak ada airnya. Serunting berkata “Munculah air” kemudian air pun terisi ke aliraan sungai tersebut.
Setelah memiliki kesaktian dan terus mengembara, akhirnya Serunting menyadari kesalahannya yang telah serakah. Kemudian Serunting pulang ke desa dan menemui Arya Tebing dan istrinya untuk meminta maaf atas ke serakahannya.
Dapat kita ambil hikmahnya yaitu untuk tidak terlalu serakah terhadap harta benda dunia. Apabila itu bukan milik kita dan bukan hak kita, jangan direbut. Karena Tuhan tidak suka dan akan ada balasannya.
Demikianlah Kisah Si Pahit Lidah di Sumatera Selatan yang bisa kita ambil hikmah dan petik pelajaran di dalamnya.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait