Presiden Prancis Dilempar Telur, Sebelumnya Ditampar dengan Keras

LYON, iNews.id - Presiden Prancis Emmanuel Macron terkena lemparan telur saat menghadiri acara makan di Lyon, pada Senin (27/9/2021). Sebelumnya, sekitar Juni lalu Macron juga mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan yakni ditampar oleh seorang pria.
“Telur itu memantul dari bahu Macron dan pecah di lantai tepat di depan saya," ujar Florence Lago, seorang jurnalis untuk publikasi Prancis Lyon Mag.
Lyon Mag membagikan video insiden di pameran makanan dan perhotelan SIRHA di akun Twitter-nya. Klip itu menunjukkan telur memantul dari bahu Macron sebelum kamera menyorot ke pejabat yang menahan seorang pria di antara kerumunan.
Motivasi di balik insiden itu masih belum jelas. Lago mengatakan dia melihat seorang pria muda melempar telur tetapi dia tidak mendengarnya meneriakkan apa pun. Dia mengatakan petugas keamanan segera mengawal pria itu dari tempat itu.
Seorang juru bicara Istana Elysée, yang bersama Macron pada saat itu, mengatakan kepada CNN bahwa insiden itu dibesar-besarkan. "Presiden berjalan-jalan selama dua jam, dia disambut dengan hangat dan semuanya tenang. Tidak ada yang bisa dikatakan tentang itu karena itu tidak mengganggu jalannya," kata juru bicara itu.
"Saya di sebelah Presiden, saya dapat memberitahu Anda tidak ada cerita apapun,” katanya. Macron sebelumnya menjadi sasaran lemparan telur pada 2017, ketika dia menjadi calon presiden. Telur pecah di kepalanya dalam insiden itu.
Pada Juni tahun ini, dia ditampar seorang pria di tengah kerumunan saat berbicara kepada publik selama kunjungan ke Prancis tenggara. Pihak keamanan Macron dengan cepat turun tangan, menangani pria itu sambil menarik presiden menjauh dari penghalang kerumunan.
Menyusul pemilihan Presiden Prancis kurang dari setahun lagi, Macron melakukan serangan pesona dengan para pemilih. Pada Juni lalu, partainya tampil buruk dalam pemilihan daerah, yang diawasi ketat menjelang pemilihan presiden April mendatang. Namun, mengingat tingkat partisipasi pemilih yang rendah, para pakar politik mengatakan sulit untuk menarik kesimpulan.
Editor: Berli Zulkanedi