Permasalahan saat ini stok obat tidak ada sehingga sapi yang sakit di Palembang semakin meningkat.
Sayuti memastikan, Pemerintah Kota Palembang terus berupaya maksimal mengatasi permasalahan itu yang sedang dikonsultasikan dengan Direktorat Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Balai Veteriner Lampung, dan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) untuk segera mendapatkan pasokan obat dan vaksin.
Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sumatera Selatan Jafrizal mengatakan, obat-obatan yang dibutuhkan tersebut diantaranya, Antihistamin, vitamin dan obat-obat penurun demam.
Obat-obatan itu diharapkan segera tersedia untuk membantu penyembuhan sapi yang terpapar PMK, yang sudah tersebar secara merata ke seluruh peternakan di Palembang.
Wilayah sebaran tersebut meliputi peternakan sapi di kawasan Sekojo, Talang Jambe, Keramasan, Gandus, Sukawinatan, Sako, dan Sukajaya. “Selama stok obat hewan itu kosong, sebagai alternatif tim dokter memberikan paracetamol dan amoxillin kepada sapi ternak, untuk meredakan sakitnya,” katanya.
Banyaknya sapi yang terpapar itu juga dipengaruhi ketidaktelitian para peternak dalam mendatangkan dari luar daerah dan longgarnya pembatasan lalu lintas angkutan ternak.
Sementara itu, Ketua Koperasi Peternak Sapi Usaha Lestari Palembang, Yani mengatakan pihaknya mencatat secara keseluruhan berdasarkan data yang dihimpun dari para peternak ada sekitar 1.500 sapi yang terpapar virus PMK.
“Jumlah keseluruhannya ada sekitar 1.500 sapi, khusus untuk di Sukajaya mulai dari Sukawinatan, Suak Bato, Ponorogo, hingga Talang Jering, ada 150 sapi terpapar PMK,” kata dia.
Sebanyak 150 ekor itu terdiri dari jenis sapi biasa, sapi bali, dan sapi limosin yang disiapkan untuk hewan kurban.
“Termasuk di dalamnya ada sebanyak 60 ekor sapi bali dan limosin milik saya juga terpapar PMK karena tertular dari sapi peternak lain di sekitar kandang saya,” katanya.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait