"Terkait ini, Gapkindo telah menyampaikan ke pemerintah untuk meminta solusi atas permasalahan ini demi menjaga keberlangsungan sektor perkebunan karet," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel, Rudi Arpian mengatakan, produksi karet Sumsel mengalami penurunan dari 1,1 juta ton pada 2020 menjadi hanya 900.000 ton pada 2021.
"Penurunan ini diperkirakan disebabkan tiga faktor yakni menurunnya produktivitas kebun karena sudah berusia tua atau belum diremajakan. Lalu, menurunnya gairah petani untuk memanen karena harga yang rendah, hingga pengalihfungsian lahan karet menjadi lahan sawit," kata Rudi.
Saat ini harga karet di tingkat petani yang dijual melalui Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar mencapai Rp12.000 per kilogram untuk masa pengeringan satu minggu atau KKK 60 persen. Sementara jika menjual ke tengkulak, petani hanya mendapatkan harga sekitar Rp10.000 hingga Rp8.000 per kilogram.
"Kami melihat persoalan harga ini yang membuat petani malas menyadap karet, karena umumnya mereka juga hanya buruh yang menerapkan sistem bagi hasil dengan pemilik lahan," katanya.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait