"Lihat situasi kondisi masing-masing. Untuk sementara sebagian besar masih belajar semua. Kapasitasnya diatur maksimum 50 persen. Rata-rata sekolah belajar semua. Artinya silahkan sekolah itu melihat kondisi sekolah dengan kondisi daerahnya masing-masing. Kalau memungkinkan untuk belajar, kalau aman silakan saja. Tidak masalah," katanya.
Masherdata juga mengajak pihak sekolah untuk bijaksana menyikapi hal ini dan prihatin jika nantinya terpaksa menggantikan PTM dengan PJJ. "Kita sudah punya pengalaman selama ini, namanya pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini sangat-sangat tidak efektif. Artinya banyak dampak negatifnya," ujarnya.
Menurutnya, peserta didik tidak mampu menyerap mata pelajaran dengan maksimal, juga memang psikologis anak-anak terpengaruh dengan kondisi belajar jarak jauh. "Ini membuka peluang anak-anak untuk bisa aktif kembali. Bisa adaptasi kembali," katanya.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait