Tapi badai mendatangkan malapetaka terbesar mereka pada kesehatan orang-orang Timur Tengah dan ekonomi mereka. Menurut Bank Dunia, fenomena tersebut merugikan ekonomi kawasan itu sebesar USD13 miliar (Rp190 triliun) per tahun.
Para ahli mengatakan badai pasir merupakan hal yang biasa terjadi sepanjang tahun ini, namun saat ini badai pasir kerap terjadi dengan frekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Irak sangat terpukul, dengan badai terjadi hampir setiap minggu pada musim semi ini. Menurut Ali Attiya, seorang profesor ilmu atmosfer di Universitas Mustansiriyah di Baghdad, pada musim semi biasa akan terjadi sekitar satu hingga tiga badai per bulan, tetapi setidaknya sembilan badai besar telah melanda negara itu sejak April, dengan perkiraan lebih banyak lagi.
Seorang pejabat Irak memperingatkan tahun ini bahwa negara itu sekarang menghadapi rata-rata 272 "hari debu" setahun, dengan 300 hari debu diprediksi pada tahun 2050.
"Apa yang terjadi di Irak harus menjadi tanda peringatan dini tentang apa yang bisa terjadi di bagian lain kawasan itu," kata Mohammed Mahmoud, direktur Program Iklim dan Air di Institut Timur Tengah, kepada CNN.
"Mereka menghadapi risiko musim badai debu musim panas ini menjadi biasa," ujarnya memperingatkan.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait