Waduh, BI Sebut Daya Beli di Sumsel Mulai Turun

PALEMBANG, iNews.id - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumatera Selatan menilai mulai terjadi pelemahan daya beli karena dipengaruhi sejumlah faktor. Kepala BI Perwakilan Sumsel menyebutkan, di antaranya karena penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
“Dari sisi permintaan saat ini masih melemah,” kata Kepala BI Perwakilan Sumatera Selatan Hari Widodo, Sabtu (24/7/2021).
Sebelumnya, Bank Indonesia selaku Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) mengingatkan para pemangku kepentingan di Sumsel untuk fokus pada ketersediaan logistik selama masa PPKM tahap pertama, 14-20 Juli 2021.
Ini penting untuk menjaga agar tidak terjadi kelangkaan bahan pokok, yang dikhawatirkan akan berimbas pada kenaikan harga. Ternyata, selama periode tersebut, BI memantau pasokan bahan kebutuhan pokok terbilang terpenuhi di Sumsel.
Namun, fakta di lapangan yang didapati menunjukkan harga-harga mulai bergerak turun, di antaranya ayam potong. “Tentunya inflasi yang rendah ini tidak bagus untuk perekonomian. Oleh karena itu, semua pihak harus mendorong dari sisi ekonomi,” katanya.
Bank Indonesia di tengah pandemi Covid-19 ini telah mengeluarkan tiga strategi untuk memacu ekonomi di Sumsel tetap on the track yakni, pengembangan sektor UMKM, ekonomi syariah dan digitalisasi ekonomi.
Dari ketiga sektor itu, sejauh ini digitalisasi ekonomi yang mengalami akselerasi cukup tajam lantaran dipengaruhi pengurangan mobilisasi masyarakat oleh peraturan pemerintah.
Namun untuk dua sektor lainnya, yakni UMKM dan ekonomi syariah, menurut Hari, masih perlu didorong.
Sementara itu, Provinsi Sumatera Selatan mengalami deflasi pada Juni 2021 senilai 0,01 persen dipicu oleh penurunan harga cabai merah, bawang merah angkutan udara, beras, dan daging ayam ras.
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan Zulkipli mengatakan walau terjadi deflasi tapi belum menunjukkan penurunan daya beli pada Juni 2021.
Deflasi pada Juni ini lebih dipengaruhi penurunan harga untuk kelompok barang yang diatur pemerintah, sementara untuk inflasi inti (di luar makanan dan energi) masih pada angka 0,29 persen. “Ini menunjukkan bahwa deflasi yang terjadi di Juni belum menunjukkan adanya penurunan daya beli karena inflasi inti masih alami inflasi,” katanya.
Jika melihat perkembangan dalam tiga tahun terakhir, kondisi ini menjadi yang pertama di Sumsel terjadi pada Juni. Ini dipengaruhi karena pada Mei ada Lebaran, kata dia.
Secara Inflasi Tahun Kalender (kumulatif) sampai bulan Juni 2021, Sumsel mengalami inflasi sebesar 0,83 persen. Sementara Inflasi Tahunan “Year on Year” (Juni 2021 terhadap Juni 2020) sebesar 1,24 persen.
Editor: Berli Zulkanedi