Ucapkan Selamat Kepada Biden, Putin Ajak AS Selesaikan Masalah Dunia
MOSKOW, iNews.id- Presiden Rusia Vladimir Putin secara resmi memberi selamat kepada Joe Biden atas kemenangannya dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2020. Putin juga mengajak walaupun berbeda pandangan, Rusia dan AS dapat bersama-sama selesaikan masalah dunia.
Ucapan itu disampaikan Putin setelah mantan Wakil Presiden AS itu diumumkan sebagai presiden terpilih oleh Electoral College pada Senin (14/12/2020).
Dalam sebuah pernyataan Selasa (15/12/2020) pagi, Kremlin mengatakan bahwa Putin berharap Biden memiliki masa jabatan yang sukses dan secara pribadi "siap untuk kerja sama dan kontak" dengan mitranya yang akan datang. Presiden Rusia itu juga mengatakan bahwa terlepas dari perbedaan mereka, AS dan Rusia dapat bersama-sama membantu menyelesaikan banyak masalah dunia.
Pesan itu dikirim setelah Electoral College menunjuk Biden sebagai presiden terpilih, meresmikan kemenangannya. Sejak pemilihan bulan lalu, lawannya, Presiden Donald Trump telah menolak untuk menyerah.
Kremlin sebelumnya mengatakan bahwa masalah protokol ini mencegah Putin memberi selamat kepada Biden sebelumnya.
Keputusan Moskow untuk menghindari perselisihan di AS atas hasil pemilu kontras dengan reaksi banyak pemerintah lain. Biden diakui sebagai presiden Amerika berikutnya oleh sebagian besar pemimpin Barat segera setelah pemungutan suara.
Namun Rusia mengatakan ucapan selamat itu "sepantas untuk menunggu hasil resmi," dengan tidak adanya konsesi formal, mengacu pada sertifikasi hasil oleh negara bagian dan pemungutan suara oleh Electoral College.
“Presiden saat ini telah mengumumkan prosedur hukum tertentu. Inilah yang membuat situasinya berbeda. Oleh karena itu, kami yakin menunggu hasil resmi pemilu diumumkan, ”jelas juru bicara Putin Dmitry Peskov sebagaimana dilansir RT.
Selama empat tahun Rusia dituduh oleh banyak tokoh masyarakat di AS ikut campur dalam pemilihan presiden 2016 yang mendukung Donald Trump. Moskow membantah adanya campur tangan dan mengatakan itu digunakan sebagai kambing hitam dalam perselisihan politik domestik AS.
Editor: Berli Zulkanedi