Mitos Pohon Cinta di Pulau Kemaro Palembang, Destinasinya Para Bucin
PALEMBANG, iNews.id - Pulau Kemaro merupakan sebuah pulau atau delta yang beada di tengah Sungai Musi di Kota Palembang, Sumsel. Pulau Kemaro menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi saat berada di Palembang.
Untuk mencapai Pulau Kemaro cukup menyewa atau menumpang getek atau perahu tradisional di sekitar Jembatan Ampera. Sewa satu getek sekitar Rp200.000 hingga Rp300.000 yang muat hingga 10 orang.
Pulau Kemaro cukup populer, karena menjadi salah satu tempat perayaan Cap Go Meh, akhir dari rangkaian perayaan tahun baru Imlek. Ribuan keturunan Tinghoa akan memadati Pulau Kemaro melalukan berbagai kegiatan termasuk ibadah yang dipusatkan di Klenteng Hok Tjing Rio.
Dalam rangkaian kegiatan juga dilakukan penerbangan lampion. Bahkan ada kegiatan persembahan untuk sang legenda di Pulau Kemaro yakni Siti Fatimah dan Tan Bun An.
Pulau Kemaro yang berada di tengah Sungai Musi memiliki legenda kisah cinta Siti Fatimah, keturunan Raja Sriwijaya dan Tan Bun An pengeran dari negeri China. Kisah cinta keduanya merupakan perpaduan dua keyakinan dan etnis.
Siti Fatimah disebutkan seorang perempuan yang menganut agama Islam sementara Tan Bun An berasal dari Tinghoa penganut Budha. Keduanya yang saling menyayangi dan memutuskan untuk hidup bersama pergi ke China untuk meminta restu kepada orang tua Tan Bun An.
Singkat cerita, keduanya mendapatkan restu dan diberikan hadiah berupa tujuh guci besar berisikan perhiasan untuk dibawa kembali ke Palembang. Tiba di Sungai Musi, Tan Bun An mencoba membuka salah satu guci untuk memastikan isinya.
Alangkah terkejutnya, ternyata guci berisikan sawi yang sudah membusuk. Tan Bun An yang marah dan mungkin malu kepada Siti Fatimah langsung membuang guci-guci pemberian dari orang tuanya ke Sungai Musi.
Satu per satu guci dilemparkan dan tenggelam ke dasar Sungai Musi. Namun guci keenam terjatuh dan pecah di dalam kapal, dan ternyata di bagian bawah sawi yang busuk terdapat perhiasan.
Merasa bersalah, Tan Bun An tanpa pikir panjang menceburkan dirinya ke Sungai Musi untuk mengambil kembali enam guci yang sudah dibuang. Namun tidak kunjung kembali, sehingga disusul pengawalnya dan juga tidak kembali.
Melihat itu, Siti Fatimah yang begitu mencintai Tan Bun An juga terjun untuk menyusul. Namun sayang, Siti Fatimah juga tidak kunjung kembali. Kemudian di lokasi Tan Bun An dan Siti Fatimah terjun itu munculah pulau yang kemudian kini dikenal Pulau Kemaro.
Kemaro berasal dari kata kemarau yang berarti pulau tersebut tidak tenggelam saat Sungai Musi pasang. Banyak yang meyakini gundukan tanah di sekitar kelenteng makam keduanya.
Di Pulau Kemaro juga terdapat pohon yang menurut mitosnya itu pohon cinta. Siapa pun menuliskan namanya dan nama pasangannya, diyakini hubungannya akan langgeng. Masih banyak pengunjung yang meyakini mitos tersebut, bahkan ada yang segaja mencari jodoh dengan menuliskan nama orang yang disenanginya di pohon cinta itu.
Di sekitar pohon sudah dipasangi pagar dan pengumuman larangan membuat coretan. Karena warga sekitar risih dan tidak percaya dengan mitos pohon cinta dapat melanggengkan hubungan.
Namun begitu, tetap kembali pada setiap wisawatan yang datang, apakah percaya dengan pohon cinta?
Editor: Berli Zulkanedi