Ini Rumah Perempuan OKU yang Batalkan Pernikahan karena Uang Mahar Kurang Rp700.000
PALEMBANG, iNew.id - Warga Palembang terutama kaum prianya emosi dengan viralnya seorang perempuan di Kabupaten OKU membatalkan pernikahan sehari jelang akad nikah hanya karena uang mahar kurang Rp700.000. Kini perempuan berinisial DW dan bekerja di salah satu mal di Palembang itu menghilang.
DW menghilang bersama keluarganya meninggalkan rumah dengan kondisi pagar bambu dan pintu rumah terkunci gembok. Polisi dari polsek setempat yang mendatangi rumah DW di Desa Belambangan, Kecamatan Pengandonan, Kabupaten OKU hanya dapat berdiri di lorong depan rumah DW.
Diduga DW dan keluarga pergi meninggalkan rumah pada malam hari atau saat kondisi sekitar rumahnya sepi. Menurut penuturan tetangga, DW dan keluarganya telah lama menghilang sejak berita ini viral.
"Setelah membatalkan pernikahan karena uang mahar kurang Rp700.000, keluarga DW tetap menggelar hajatan tapi diganti Aqiqah salah satu keluarga itu," ujar Fatonah, Senin (26/12/2022).
Sementara Sekretaris Desa Belambangan, Reantince mengatakan, keluarga perempuan tersebut dalam kesehariannya biasa saja dan bergaul seperti warga lainnya. "Keluarga itu juga sudah mendirikan tenda dan menyebarkan undangan untuk acara pernikahan putrinya dengan pria asal Palembang," katanya.
Menurut Reantince, dalam undangan tersebut tertulis pernikahan di rumah mempelai perempuan pada 18 November 2022. Namun kemudian dibatalkan sehari jelang acara, karena uang mahar kurang Rp700.000.
Untuk menghindari hal yang tidak diinginan, rumah yang kosong ditinggalkan penghuninya itu kini dijaga aparat kepolisian.
Diketahui, viral di media sosial penuturan kerabat seorang pria berinisial AJ warga Palembang yang batal nikah karena uang mahar kurang Rp700.000. Padahal, uang Rp700.000 tersebut uang tambahan yang diminta untuk diberikan kepada ibu DW.
Mahar yang disepakati sejak awal yakni Rp35 juta dan sudah diberikan kepada keluarga DW. Setelah pernikahan ini batal, uang mahar tersebut juga tidak dikembalikan oleh keluarga DW yang kini menghilang.
Editor: Berli Zulkanedi