Indonesia Batal Jadi Ruan Rumah Piala Dunia U-20, Herman Deru: Duka Kita Semua

PALEMBANG, iNews.id - Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 yang dijadwalkan pada 20 Mei 2023 disayangkan banyak pihak. Gubernur Sumsel Herman Deru menyebutkan pembatalan ini menjadi duka semua pihak.
Herman Deru mengatakan, persiapan Kota Palembang sebagai salah satu lokasi penyelenggaraan pertandingan sudah dilakukan sejak tahun 2020. Sejauh ini telah matang, baik dari infrastruktur maupun stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (GSJ).
"Ini duka kita semua, kasihan dengan timnas kita yang telah berlatih bertahun tahun. Terus sudah sekian banyak APBD dan APBN yang dikeluarkan untuk menyambut tamu tingkat dunia. Kita berharap ada geliat ekonomi yang dahsyat dengan adanya event internasional, apalagi infrastruktur kita sudah 100 persen siap," ujar, Kamis (30/3/2023).
Meskipun menyayangkan pembatalan ini, Herman Deru memahami FIFA memiliki pandangan sendiri terkait pencabutan status tuan rumah untuk Indonesia. Standarisasi terhadap sikap tuan rumah juga menjadi pertimbangan organisasi sepak bola dunia itu untuk mengambil sikap.
"FIFA punya standarisasi sendiri terhadap perilaku tuan rumah, maka kita ingatkan orang Sumsel. Kita bukan salah satu yang bermasalah, persiapan infrastruktur kita siapkan. Tapi persiapan kita tuan rumah yang baik itu yang wajib. Ternyata daerah lain yang menjadi faktor penyebab, bahkan saya menyatakan untuk drawing, Sumsel Sumsel, bila batal di Bali kemarin," katanya.
Meski Kota Palembang batal menjadi tuan rumah, Sumsel tak mengalami kerugian apa pun. Hanya saja, alokasi APBD dan APBN yang dapat digunakan untuk hal lain, telah banyak digelontorkan untuk merenovasi stadion dan memperbaiki infrastruktur pendukung.
"Dari tahun 2020 kita sudah mempersiapkan rencana awal, tinggal hitung hari dibatalkan. Begitu banyak dipersiapkan seperti pengelola hotel, pengelola rumah makan sudah siap menyambut begitu baik. Pariwisata sudah siap menyambut tamu tingkat dunia, tapi Insya Allah kita akan dapat hikmah lain," katanya.
Editor: Berli Zulkanedi