"Kenaikan harga eksponensial ini adalah hal paling mengerikan yang pernah saya hadapi,” katanya.
Di Pulau Budak - daerah yang dinamai berdasarkan pos pementasan yang digunakan Portugis untuk budak dari Afrika selama periode kolonial - Pereira memiliki sedikit harapan.
"Gota (panggilan Presiden Sri Lanka) sudah pergi, tapi tidak ada calon yang bisa membawa kita keluar dari kondisi yang mengerikan ini," katanya.
"Politisi terpecah. Jadi akan bertambah buruk, apa lagi yang bisa terjadi?",” tanyanya.
Para kritikus mengatakan kesengsaraan keuangan negara itu dipicu oleh pandemi virus corona dan diperparah oleh pemerintah yang salah urus.
Menurut angka resmi, inflasi makanan di Sri Lanka mencapai 80,1 persen pada tahun ini hingga Juni lalu.
Di toko sayur terdekat, penduduk membayar 1.000 rupee (Rp187.000) untuk satu kilo labu, dua kali lipat dari tiga bulan lalu. Pedagang sayur Mohamad Faizal mengatakan beberapa pelanggannya sekarang membeli hanya 100 gram sekali.
"Harganya sudah naik," katanya.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait