Secara garis besar, lanjutnya, pertumbuhan kasus DBD ini terjadi beriringan dengan adanya peningkatan intensitas hujan yang menimbulkan banyak genangan air. Lalu genangan air itulah yang menjadi tempat untuk perindukan nyamuk berkembang biak.
"Sejak September yang merupakan awal musim penghujan kasus DBD sudah mulai meningkat 18 orang. Kemudian drastis menjadi 34 kasus pada Oktober hingga November yang tertinggi 39 orang," katanya, Minggu (12/12/2021).
Peran aktif semua kalangan masyarakat untuk lebih memaksimalkan pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk sangat penting. Dimulai dari membersihkan atau menguras tempat penampungan air, menutup rapat rapat tempat penampungan air dan mendaur ulang atau menyingkirkan barang-barang yang bisa menjadi tempat perindukan Nyamuk seperti ban bekas, kaleng bekas dan semacamnya.
Berdasarkan data rekapitulasi Dinkes periode November distribusi kasus DBD untuk 17 kabupaten/kota antaralain Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) sebanyak 1 orang, Ogan Komering Ilir (OKI) sebanyak 13 orang, Muara Enim 50 orang, Kabupaten Lahat 33 orang.
Kemudian Kabupaten Musi Rawas 13 orang, Musi Banyuasin 37 orang, Banyuasin 58 orang, OKU Selatan 3 orang, OKU Timur 77 orang, Ogan Ilir 41 orang, Empat Lawang 12 orang, Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) 66, Musi Rawas Utara 2 orang, Kota Prabumulih 64 orang, Palembang 210 orang, Pagaralam 3 orang, Lubuk Linggau 57 orang.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait