PALEMBANG, iNews.id - Tari Gending Sriwijaya merupakan tari kolosal untuk menyambut tamu di Sumatera Selatan. Tari Gending Sriwijaya awalnya diciptakan untuk menyambutan tamu agung atau penting di jaman kerajaan dan Keresidenan Palembang.
Sumatera Selatan memiliki banyak koleksi sejarah masa lalu, mulai dari Kerajaan Sriwijata, Kesultanan Palembang hingga kolonial. Tahapan masa lalu itu menjadi mempengaruhi budaya dan menginspirasi bagu masyarakatnya, salah satunya dalam Tari Gending Sriwijaya.
Sejarah Tari Gending Sriwijaya
Tari Gending Sriwijaya seakan menjadi saksi perjalanan sejarah di Sumatera Selatan. Mengutip laman resmu Balitbangnovdasumsel, penciptaan Tari Gending Srwijaya dimulai sejak tahun 1943 dan selesai pada tahun 1944.
Proses penciptaan Tari Gending Sriwijaya untuk memenuhi permintaan dari pemerintah era pendudukan Jepang kepada Jawatan Penerangan (Hodohan) untuk menciptakan sebuah tarian dan lagu guna menyambut tamu yang datang berkunjung ke Residenan Palembang.
Gerak dalam tari diciptakan Tina Haji Gong dan Sukainan A Rozak. Dalam proses penciptaan gerak tari, berbagai konsep dan tari yang ada pada masa itu dikumpulkan. Sementara musik atau lagu Gending Sriwijaya diciptakan A Dahlan Muhibat, seorang komposer juga violis pada grup Bangsawan Bintang Berlian di Palembang.
Lagu Gending Sriwijaya merupakan perpaduan lagu Sriwijaya Jaya, yang diciptakan A Dahlan Muhibat dengan konsep lagu Jepang. Sedangkan syair lagu Gending Sriwijaya diciptakan oleh Nungcik AR.
Penari dan Pementasan Pertama
Sesuai fungsinya, Tari Gending Sriwijaya dipentaskan dengan penuh kegembiraan saat menerima tamu yang diagungkan. Penarik sembilan orang perempuan yang salah satunya membawa tepak berisi kapur, sirih dan pinang yang akan dipersembahhkan kepada tamu agung.
Menurut sejarah, Tari Gending Sriwijaya pertama kali dipentaskan dimuka umum pada 2 Agustus 1945, di halaman Masjid Agung Palembang. Saat itu sedang berlangsung upacara penyambutan kedatangan M. Syafei Ketua Sumatora Tyuo In (Dewan Perwakilan Rakyat Sumatra) dan Djamaluddin Adinegoro (Ketua Dewan Harian Sumatera).
Saat itu, Tari Gending Sriwijata dipentakasn sembilan penari yakni Siti Nuraini, Rogayah H, Delima A. Rozak, Thfah, Halimah, Busron, Darni, Emma dan Tuti Zahara. Para penari mengenakan pakaian adat Palembang yakni Aesan Gede, Pak Sangkong, Doto dan Tanggai pada kuku agar terlihat semakin anggun.
Sembilan penari ini, diikuti dua penari pria yang membawa payung dan tombak di bagian belakang. Namun saat ini, Tari Gending Sriwijaya yang sering dipetankan saat acara pemerintahan atau pesta pernikahan tidak lagi dilengkapi dua penari pria.
Fungsi Tari Gending Sriwijaya
Tari Gending Sriwijaya diciptakan untuk menyambut tamu agung pada zaman kerajaan. Karena itu, pada masa itu, tari ini hanya dipentaskan pada saat tertentu di hadapan pada tamu agung atau petinggi kerajaan.
Namun kemudian, dalam perkembangannya, Tari Gending Sriwijaya menjadi sebuah kesenian dalam festival budaya, hiburan saat pesta pernikahan dan kegiatan instansi pemerintahan.
Demikian rangkuman tentang Tari Gending Sriwijaya. Menarik kan?
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait