Terakhir, tingkat kelima atau disebut Gegajah memiliki ruangan paling luas dibanding ruangan lainnya. Ruangan ini lebih istimewa dan lebih bersifat privasi, hanya dimasuki oleh orang yang mempunyai kedudukan sangat tinggi dalam keluarga maupun masyarakat. Di dalamnya terdapat undukan lantai untuk bermusyawarah yang disebut Amben, dan kamar pengantin jika pemilik rumah mengadakan pernikahan.
Jika melihat bagian atas atap, terlihat ornamen simbar berbentuk tanduk dan melati. Selain sebagai ornamen, simbar ini berfunsi sebagai penangkal petir. Melati melambangkan keagungan dan kerukungan, simbar dua tanduk berarti Adam dan Hawa, tiga tanduk berarti matahari-bulan-bintang, empat tanduk berarti sahabat nabi, dan simbar dengan lima tanduk melambangkan rukun Islam.
Rumah adat Palembang biasanya dibangun menghadap matahari terbit atau disebut matoari idup atau menghadap matahari tenggelam atau matoari mati. Menghadap matahari terbit melambangkan kehidupan baru dan matahari terbenam melambangkan akhir dari kehidupan.
Rumah ada Palembang atau rumah limas sudah jarang dibangun. Namun masih terdapat beberapa rumah limas milik beberapa saudagar atau orang kaya, atau di Museum Balaputera Dewa di KM 5 Palembang. Gamar rumah limas pernah tercetak di lembaran uang kertas Rp10.000.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait