Seluruh anggota keluarga akan berkumpul, secara bersama - sama menyiapkan peralatan, mencuci beras ketan, membakar atau mengukus lemang dan menyantapnya secara bersama - sama. "Mumpung umak (ibu) masih hidup, cucu-cucunya kumpul semua kita melemang bersama - sama," ujar Andi, warga Desa Kepur.
Tradisi melemang bukan hanya di Desa Kepur namun juga di Desa Karang Raja dan Muara Lawai. Tradisi ini sudah dirayakan sejak zaman dahulu yang juga diyakini akan menolak bala seluruh warga desa.
Melemang sudah menjadi kebiasaan dan diikuti setiap rumah. Setiap tahun di saat perayaan melemang, asap mengepul dari dapur atau halaman rumah warga. Puluhan hingga ratusan potong bambu yang telah diisi campuran beras ketan berjejer di atas bara api.
Orang tua hingga anak - anak secara bergantian membolak-balikkan lemang agar masaknya merata dan menjaga bara api agar terus menyala. Mereka melakukan itu semua sambil berbincang dengan anggota keluarga lain atau tetangga yang juga melemang.
Ketika memasuki desa ini pada saat hari melemang, selain asap yang mengepul di seluruh desa, suasananya akan terasa seperti hari raya Idul Fitri. Setiap warga berada di sekitar rumah berkumpul bersama keluarga, memasak dan memakan lemang.
Pemangku Adat Desa Kepur, Burhalim menyampaikan, setiap memasuki tanggal 12 Muharam selalu dilaksanakan tradisi melemang. Namun karena tahun ini ada pandemi Covid-19, tradisi ini sedikit mundur.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait