Setelah itu, I-Tsing melanjutkan perjalanan ke Nalanda di India, pusat pengajaran agama Buddha yang terbesar pada waktu itu. Namun, dari beberapa sumber Tiongkok menyebutkan bahwa di Sriwijaya terdapat suatu perguruan tinggi Buddha yang baik.
Lalu pada 687 Masehi, I-Tsing kembali singgah di Kerajaan Sriwijaya ketika akan kembali ke China.
Pada 689 Masehi, I-Tsing sempat kembali ke China untuk mendapatkan tinta dan kertas yang belum dimiliki Sriwijaya.
Di dalam agama Buddha terdapat bermacam-macam mazhab, antara lain yaitu Mahayana dan Hinayana. Sumber tertulis dari arca-arca ditemukan mengindikasikan bahwa agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya bermazhab Mahayana.
Tetapi, para biksu Buddha yang mempelajari agama Buddha di Sriwijaya bukan hanya mempelajari agama Buddha saja, tetapi juga mempelajari agama Buddha dari mazhab lainnya.
Dikenalnya Sriwijaya sebagai pusat agama Buddha tidak lain adalah peranan dari Dharmakti, seorang biksu Buddha yang pengetahuannya cukup luas. Ia adalah seorang biksu tertinggi di Sriwijaya yang menyusun kritik atas kitab Abhisamayalamkara.
Kehidupan keagamaan pada masyarakat Sriwijaya bukan hanya agama Buddha Mahayana saja, terdapat agama lain yang juga memiliki kesempatan untuk berkembang. Bukti-bukti arkeologisnya berupa arca batu yang mewakili agama Hindu dan Tantris yang juga ditemukan di wilayah Kedatuan Sriwijaya.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait