PALEMBANG, iNews.id - Kantor Wali Kota Palembang di Jalan Merdeka Palembang tidak hanya sebatas kantor pemerintahan. Bangunan tersebut memiliki sejarah panjang dan kini menjadi cagar budaya.
Gedung kantor Wali Kota Palembang Balai Kota Palembang juga disebut gedung ledeng, karena memang bekas menara air sebelum dialirkan ke rumah - rumah pada jaman kolonial Belanda.
Kantor wali kota berada di Jalan Merdeka No 1 Kelurahan 22 Ilir, Bukit Kecil Palembang. Selain sebagai kantor wali kota, bangunan ini menjadi ikon landmark Kota Palembang.
Mengutip data Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPJB) Jambi, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bangunan ini awalnya berfungsi sebagai penampungan air karena itu juga disebut menara air. Di bagian atasnya tempat menyimpan air, dan bagian bawahnya perkantoran.
Menurut sejarah, gedung wali kota dibangun pada tahun 1929 sampai dengan 1930 pada masa pemerintahan Hindia Belanda oleh Wali Kota J. Le Cocq de Armand d’ville. Pembangunan gedung wali kota ini menghabiskan biaya satu ton emas. Gedung wali kota tersebut dirancang oleh arsitek Belanda, Ir. S. Snuijf yang pada waktu itu berdomisili di Kota Surabaya.
Gedung ini memiliki fungsi awal sebagai bangunan penampungan air bersih (Watertoren) bagi penduduk kota Palembang, terutama untuk orang-orang Belanda yang bermukim di sekitar gedung tersebut.
Gedung wali kota ini memiliki ciri arsitektur kolonial khas yang banyak dijumpai pada bangunan-bangunan kolonial yang lain di nusantara. Arsitektur bangunan wali kota dibangun dengan gaya atau style yang dikenal dengan nama de stijl.
Gaya arsitektur bangunan ini dipengaruhi bentuk kubus dan mempunyai ciri bentuk dasar kotak dan beratap datar. Ciri de stijl terlihat jelas pada bangunan wali kota yang berbentuk kotak dan beratap datar. Gedung wali kota merupakan bangunan bertingkat dan cukup megah di antara bangunan-bangunan lainnya.
Hal ini terlihat dari tinggi bangunan 35 meter dan mampu menampung air sebanyak 12.000 meter kubik. Pada bagian depan terdapat enam pilar atau tiang yang berdiri di atas umpak terbuat dari beton.
Pada bagian depan dindingnya tersusun dari batu alam (andesit). Tampak depan bangunan memiliki tiga pintu. Pada saat ini hanya pintu bagian tengah yang difungsikan sebagai pintu utama. Bentuk pintu ini berdaun ganda dan diberi tralis besi. Pada bagian depan gedung ini mempunyai façade berupa kolom-kolom berbentuk kotak yang membujur dari atas ke bawah serta terdapat jendela dengan hiasan kaca patri.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait