Menurut Macron, tujuannya adalah memastikan Kiev dapat bernegosiasi dengan Rusia “dengan persyaratannya dan pada saat yang dipilihnya.”
Macron secara konsisten menolak menggunakan istilah yudisial untuk menggambarkan situasi di Ukraina. Pada April, dia mengatakan tidak akan menggunakan kata “genosida” untuk menggambarkan perilaku Rusia di Ukraina. Menurut Macron, "Kata 'genosida' harus dikualifikasikan oleh para ahli hukum, bukan oleh politisi." Zelensky, sementara itu, mengklaim setiap orang di dunia harus tahu bahwa, “Membeli atau mengangkut minyak Rusia, mempertahankan kontak dengan bank-bank Rusia, membayar pajak dan bea masuk ke negara Rusia berarti memberikan uang kepada teroris.”
Sejak peluncuran serangan militer Rusia di Ukraina, Moskow dan Kiev telah saling menuduh menargetkan warga sipil dan melakukan kejahatan perang lainnya. Pada Senin, Ukraina mengklaim Rusia menyerang pusat perbelanjaan di kota Kremenchug, menewaskan dan melukai banyak warga sipil.
Militer Rusia menjawab mereka telah menargetkan persediaan senjata Barat tetapi ledakan amunisi menyebabkan kerusakan pada pusat perbelanjaan terdekat, yang menurut Moskow tidak berfungsi.
Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina. Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait