KABUL, iNews.id - Seiring Amerika Serikat (AS) dan sekutu NATO-nya menarik pasukan, Taliban mengumumkan mengklaim telah menguasai 85 persen wilayah Afghanistan dalam konflik beberapa hari terakhir. Afghanitas terpaksa meminta bantuan termasuk dari Rusian, China dan India
Penasihat Keamanan Nasional Afghanistan Hamdullah Mohib mengumumkan bahwa Afghanistan meminta bantuan eksternal untuk membantu memerangi terorisme di negara itu. Mohib menekankan bahwa bantuan eksternal apa pun tidak boleh mengganggu urusan internal pemerintah Afghanistan.
"Kami tidak perlu mengganti satu negara adidaya dengan yang lain, perdamaian dan stabilitas hanya mungkin terjadi dalam kasus kerja sama dengan semua orang di kawasan dan sekitarnya, tetapi kami meminta mitra eksternal untuk membantu pasukan pertahanan dan keamanan kami memerangi terorisme, di mana mereka dimaksudkan, dan tidak ikut campur dalam urusan internal kami," kata Mohib.
"Kami menyambut baik dukungan teknis dari semua mitra eksternal, tentu saja, dari China, India, dan Rusia," kata Mohib, seperti dikutip Sputniknews, Sabtu (10/7/2021).
Mohib melanjutkan dengan menegaskan pihak berwenang Afghanistan telah mengakui hak Taliban untuk eksis sebagai kekuatan politik yang sah, bukan "monopoli", bersama kelompok-kelompok lain di Afghanistan.
Taliban telah merayakan kemenangannya dengan mengeklaim telah menguasai 85 persen wilayah di Afghanistan. Berbicara dalam konferensi pers hari Jumat di Moskow, Rusia, pejabat Taliban Shahabuddin Delawar mengatakan; "Anda dan seluruh komunitas dunia mungkin baru-baru ini mengetahui bahwa 85 persen wilayah Afghanistan telah dikuasai."
Pada hari Jumat kemarin, kelompok Taliban mengambil alih kota perbatasan Islam Qala, dan pos pemeriksaan Abu Nasa Farahi—keduanya wilayah kunci di sepanjang perbatasan Afghanistan-Iran.
Delawar juga berjanji untuk mengambil langkah-langkah operasional untuk memastikan ISIS tidak muncul kembali di Afghanistan.
Sejumlah pakar militer berpendapat bahwa penarikan pasukan yang tidak terburu-buru oleh Presiden AS Joe Biden dan pemerintahannya dapat mengekang pengaruh Taliban yang sekarang aktif tumbuh di wilayah tersebut.
Letnan Kolonel Angkatan Udara AS Karen Kwiatkowski, mantan analis Departemen Pertahanan AS, mengatakan kepada Sputniknews bahwa tidak mungkin pemerintah Afghanistan yang ada akan bertahan dalam beberapa bulan ke depan.
"Meskipun harus ada dorongan oleh kelompok politik dan individu tertentu untuk bergabung atau membeli secara politik dengan Taliban yang mengendalikan, dan beberapa mantan sekutu AS [di] Kabul dapat tetap dan berguna bagi Taliban, karena berusaha untuk mengakhiri perang saudara dan melanjutkan dengan pemulihan ekonomi dan perdamaian," kata Kwiatkowski.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait