get app
inews
Aa Text
Read Next : Polda Sumsel Tangkap 40 Tersangka Kasus Narkoba, Salah Satunya Produsen 

Kenapa Banyak Orang China di Palembang? Ini Sejarah dan Penjelasannya

Rabu, 16 November 2022 - 14:08:00 WIB
Kenapa Banyak Orang China di Palembang? Ini Sejarah dan Penjelasannya
Warga Muslim Kampung Kapitan melaksanakan acara sedekah Kampung Kapitan di depan rumah Kapitan pinggiran Sungai Musi, Jalan KH Azhari, Kelurahan 7 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang, Kamis (31/3/2022). (Foto: Sindonews/Isra Triansyah

PALEMBANG, iNews.id - Kenapa banyak orang China di Palembang? Jawaban yang paling sederhana, karena warga pribumi terbuka sehingga semua etnis yang datang diterima dan hidup berdampingan. Terbukti sejak awal kedatangan China pada masa Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang Darussalam, kolonial Belanda hingga saat ini belum ada catatan sejarah yang mengisahkan konflik pribumi dengan etnis pendatang. 

Karena itu, hingga kini Palembang dan Sumatera Selatan (Sumsel) pada umumnya dikenal dengan istilah zero konflik. Paling hanya tindakan kriminal biasa, bukan konflik antaretnis atau pengusiran etnis tertentu. Merangkum dari banyak sumber, berikut sejarah dan penjelasan kenapa banyak orang China di Palembang:

1. Sejarah awal mula orang Cina di Palembang 

Menjawab kenapa banyak orang China di Palembang? Catatan sejarah mengungkapkan pada masa berdirinya Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang sudah memiliki hubungan dengan Tionghoa. 

Kerajaan Sriwijaya dianggap pusat agama Budha dan tempat ideal untuk belajar sekaligus persiapan perjalanan ke India. Pada tahun 671 Masehi, sudah ada orang China yang datang ke Palembang yakni pendeta agama Budha bernama I-Tshing yang menetap selama enam bulan sebelum bertolak ke India. 

Kemudian diikuti pelajar hingga imigran Tionghoa lainnya yang ke Palembang untuk belajar dan berdagang. Mereka membawa keramik dan sutra untuk diperdagangkan di wilayah Palembang. 

Imigran terus datang hingga masa keruntuhan Kerajaan Sriwijaya yang mengakibatkan kekosongan kekuasaan di Palembang. Bahkan pasca-kekuasan Sriwiaya, gelombang imigran dari China termasuk perompak berdatangan bersama keluarga untuk menetap. Situasi dan kondisi tirani dari Dinasti Ming di Cina juga membuat pengusaha bermigrasi ke Palembang.

Selanjutnya ketika berdiri Kesultanan Palembang Darussalam, pendatang dari China masih menetap di Palembang, namun hanya diperbolehkan membuat rumah rakit di atas air. Sementara daratan hanya untuk bangsawan dan pribumi serta pendatang dari Arab, karena memiliki kesamaan agama. 

Orang Tionghoa mendapatkan pembagian lahan setelah Belanda merebut Palembang sekitar tahun 1823. Belanda mengizinkan orang China untuk mendapatkan lahan dan mendirikan tempat tinggal di Seberang Ulu. Belanda juga mengangkat orang China yang salah satunya berpangkat Kapitan atau Kapten untuk memimpin perkampungan China di Seberang Ulu. Masa kolonial Belanda ini, imigrasn dari China terus berdatangan dan mendirikan perkampungan. 

Perkampungan China di masa kolonial inilah generasi awal orang Tionghoa menetap di Palembang. Kini Kampung Kapitan masih berdiri di kawasan 7 Ulu. Selain kampung kapitan, terdapat beberapa permukiman orang Tionghoa di 9 dan 10 Ulu yang sudah berusia ratusan tahun. Perkampungan China ini kini menjadi salah satu objek wisata menarik yang wajib dikunjungi di Palembang.

2. Tidak pernah ada konflik

Jawaban kenapa banyak orang China di Palembang berikutnya diyakini karena keterbukaan orang Palembang atau warga pribumi terhadap pendatang. Imigran Tionghoa yang datang ke Palembang untuk berdagang dan menetap akhirnya membaur dan menikah dengan pribumi. 
 
"Sejak jaman dahulu telah terjadi pernikahan antara pendatang dari Tiongkok dengan penduduk pribumi di Palembang, bahkan salah satu dari empat istri Sultan Mahmud Badarudin (SMB) I adalah China," ujar Sejarawan Sumsel, Kemas A.R Panji kepada iNews.id, Kamis (10/11/2022).

Dari pernikahan seorang Sultan atau tokoh itu, selain memiliki keturunan tentu kemudian diikuti tokoh atau bangsawan hingga masyarakat. Karena itu, orang China banyak di Palembang dan orang asli Palembang banyak yang memiliki fisik putih dan bermata sipit. 

Sedekah Kampung Kapitan yang merupakan tradisi sejak ratusan tahun lalu merupakan warisan yang menunjukan kerukunan antar umat dan etnis di Palembang. (Foto: Sindonews/Istra Triansyah)
Sedekah Kampung Kapitan yang merupakan tradisi sejak ratusan tahun lalu merupakan warisan yang menunjukan kerukunan antar umat dan etnis di Palembang. (Foto: Sindonews/Istra Triansyah)

Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang ini menyebut, sejak sekitar abad ke-14 orang dari Tiongkok sudah datang ke Palembang. Salah satunya yang paling terkenal yakni Panglima Cheng Ho yang datang ke Palembang untuk berbagai misi, di antaranya menumpas perompak dan menyebarkan agama Islam. 

Kemudian sejak dahulu, China datang ke berbagai wilayah di nusantara untuk berdagang. Palembang yang sejak zaman Kerajaan Sriwijaya sudah menjadi wilayah untuk berdagang, menjadi salah satu tujuan pedagang dari China. Sebagai buktinya, terdapat tempat tinggal milik saudagar asal Tiongkok yang berusia ratusan tahun di Seberang Ulu Palembang. 

"Palembang sejak dahulu (orang Palembang) terbuka, terjadi harmonisasi sepanjang menyadari hak dan kewajiban masing-masing. Karenanya Sumsel terkenal degan zero konflik sampai saat ini," katanya. 

Bagi warga Palembang, siapa pun dengan agama apa pun boleh datang, selagi tidak menganggu agama yang diyakini masyarakat setempat. Warga Palembang dan warga keturunan China serta etnis lainnya hidup rukun dan berdampingan.  "Orang Palembang sejak dulu terbuka, plural," katanya.

Demikian rangkuman sejarah dan penjelasan mengenai kenapa banyak orang China di Palembang. 

Editor: Berli Zulkanedi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut