PALEMBANG, iNews.id – Dua siswa SMAN Sumatera Selatan (Sumsel) berhasil membuat kreasi alas kaki anti bakteri berbahan enceng gondok. Keduanya berhasil meraih medali perunggu dalam kompetisi Indonesian Science Project Olympiade (ISPO) 2020 di Jakarta, 21-23 Februari 2020.
Sandal yang diberi nama Akiteri ini dapat menghilangkan bau tak sedap. Perancangnya yakni Khairul Apandi dan Berlin Fitrah.
                                    Mahasiswa Inggris Ciptakan Motor Balap Listrik
Akiteri merupakan terobosan unik untuk mengatasi bau dari intensifnya menggunakan sepatu, terutama bagi olahragawan. Khairul Apandi menjelaskan ide awal bermula saat dia kurang nyaman dengan bau tak sedap dari sepatu.
Dia dan rekannya, Berlin Fitrah kemudian mencari literatur. Bak gayung bersambut, teryata eceng gondok bisa dijadikan bahan utama dan mudah didapat di sekitar sekolah.
                                    Mahasiswa Ini Bangun Konsep Mobil Listrik Off-Road Unik 6 Penumpang
Didampingi guru kimia SMAN Sumsel, Nur Patmi, mereka melakukan penelitian dari bulan November 2019 hingga Januari 2020. Berlin dan Khairul mengolah enceng gondok, pelepah palem, tepung tapioka yang dicampur dengan zat kimia Natrium Hidroksida.
Enceng gondok dan pelepah palem dihaluskan, lalu dicampur tepung tapioka dan Natrium Hidroksida secara merata. Bahan tersebut disaring dan diambil seratnya dengan metode pulping yang dibuat menjadi alas kaki anti bakteri.
Dari hasil observasi, alas kaki anti bakteri ini terbukti awet digunakan selama satu bulan, untuk pengguna yang jarang beraktifitas. Namun untuk yang sering beraktifitas, kemampuan mereduksi bau kaki hanya bisa bertahan selama 14 hari.
“Biasanya alas dalam sepatu itu terbuat dari bahan sintetis, yang jika dibuang tidak mudah terurai. Sementara alas kaki kami berbahan alami, selain mereduksi bau, juga ketika dibuang mudah terurai dan tidak timbul masalah baru,” katanya, Sabtu (29/2/2020).
Sementara Guru Pembimbing, Nur Fatmi mengatakan di sekitar sekolah, ada banyak limbah encengn gondok. “Anak-anak berdiskusi dengan saya, bagaimana agar limbah ini bernilai lebih,” katanya.
Dalam kompetisi Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2020, lebih dari 3.000 proposal karya ilmiah yang ikut seleksi awal. Hanya 152 proposal karya ilmiah/ yang dipertandingkan di event ini.
Setelah memaparkan karya ilmiah dan produknya, pelajar kelas XI ini berhasil keluar menjadi juara dan mendapatkan medali perunggu.
Penemuan ini akan terus dikembangkannya hingga bisa diproduksi secara massal. Mereka juga akan melakukan penelitian lebih lanjut agar produknya bisa tercipta dengan sempurna.
Editor: Umaya Khusniah