INGGRIS, iNews.id - Seorang mantan pilot helikopter Angkatan Udara (AU) Inggris menggugat kementerian pertahanan. Sang pilot menuntut ganti rugi terkait kerusakan saraf dan disfungsi seksual.
Pilot tersebut menuduhnya kementerian pertahanan lalai mengeluarkan pelindung tubuh yang menyebabkan disfungsi seksual. Menurut The Telegraph, dia menuntut ganti rugi lebih dari 200.000 poundsterling (Rp4 miliar).
Dalam gugatan yang diajukan di Pengadilan Tinggi, Louis Warburton – veteran hampir 10 tahun di Royal Air Force (RAF) – menuduh bahwa pelindung tubuh ‘Load Carriage System’ seberat 20 kg telah merusak jaringan lunak.
Pria berusia 30 tahun itu menuduh Kementerian Pertahanan gagal melakukan penilaian risiko dan menindaklanjuti keluhannya tentang baju besi yang tidak disesuaikan dengan baik.
Surat kabar itu mencatat bahwa Warburton, mantan letnan penerbangan dengan Skuadron 18 di pangkalan RAF Odiham, bertugas dalam operasi penjaga perdamaian di Mali, ketika dia menerbangkan helikopter Chinook selama Operasi Newcombe yang sedang berlangsung. Dia mengklaim baju besi besar itu mengekang pahanya selama penerbangan panjang hingga delapan jam, merusak saraf sciatic dan femoralisnya dan menyebabkan rasa sakit dan mati rasa yang parah.
Kurang dari sebulan setelah dikerahkan ke Mali pada Januari 2019, Warburton melaporkan gejala nyerinya ke Kementerian Pertahanan. Ini rupanya menyebabkan dia diberhentikan secara medis pada Juli 2019 dan kemudian diberhentikan dari RAF. Namun, masalah ini tetap berlanjut. Masalah ini dianggap mengganggu kehidupan profesional dan pribadinya.
Dokumen yang diserahkan oleh tim hukumnya menyatakan bahwa dia sulit tidur karena rasa sakit yang berkelanjutan dan kehidupan pribadinya dengan pasangannya telah terpengaruh.
Warburton juga tampaknya mengatakan dia tidak bisa mengemudi atau duduk tanpa rasa sakit, yang membuatnya terbatas dalam kegiatan rumah tangga dan tidak dapat melamar sejumlah pekerjaan.
Menurut The Telegraph, gugatan itu mengklaim bahwa Kementerian Pertahanan lalai karena gagal mengeluarkan peralatan pelindung pribadi yang sesuai dan cukup aman serta menyediakan sistem dan tempat kerja yang aman. Itu juga mencatat bahwa Warburton tidak diperlihatkan cara menyesuaikan baju besi.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan yang tidak disebutkan namanya menolak untuk mengomentari kasus ini, tetapi mengatakan kepada surat kabar The Telegraph bahwa kesehatan dan keselamatan personel adalah prioritas utama pada pelatihan dan operasi.
Surat kabar itu juga mengutip sumber-sumber pemerintah yang mengatakan kompensasi telah dibayarkan untuk klaim terkait tanggung jawab hukum Kementerian Pertahanan yang telah terbukti.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait