PALEMBANG, iNews.id - Bank Indonesia mendorong Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan untuk meningkatkan pertumbuhan sumber ekonomi dalam memacu perekonomian di tengah pandemi Covid-19. Terdapat tiga sektor sumber ekonomi yang berpeluang dikembangkan yakni UMKM, ekonomi syariah dan digital ekonomi.
"Di tengah pandemi Covid-19 yang masih mewabah hingga saat ini, Pemprov Sumsel harus menggiatkan ekonominya dan tiga sumber ekonomi baru tadi dapat memberikan dorongan ekonomi kedepannya," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel, Hari Widodo, Minggu (29/11/2020).
Tiga sektor tersebut penting untuk diterapkan, apalagi saat ini dengan kondisi new normal di tengah pandemi. Untuk itu, peran dari berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah, pelaku usaha, hingga masyarakat agar dapat beradaptasi dengan pola bisnis baru tersebut.
"Sejauh ini pertumbuhan sektor UMKM di Sumsel pada 2020 cukup menggembirakan yakni tercatat 163.291 UMKM dengan 37.351 UMKM berada di Kota Palembang," katanya.
Selain itu, kata Hari, pelaku UMKM juga dituntut memiliki strategi bisnis di masa pandemi saat ini, seperti melakukan transaksi penjualan secara online.
Sementara untuk sektor ekonomi syariah, diakui Hari pertumbuhannya belum sesuai harapan yakni berkisar 9,0 persen. Oleh karena itu, BI pada 2020 memacunya dengan cara menggembangkan ekonomi syariah di lima pondok pesantren yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Sumsel. "Unit usaha di pesantren ini melakukan kegiatan bisnis bidang peternakan, pembuatan air kemasan, pengelolaan kantin, dan lainnya," katanya.
Sementara terkait ekonomi digital saat ini sedang mengalami tren positif seiring dengan semakin terbiasanya masyarakat pada perdagangan e-commerce. Pertumbuhan pesat ini juga terjadi di Sumsel.
"Di tengah pandemi ini, sesungguhnya masih banyak potensi ekonomi yang bisa diraih. Oleh karena itu, saya sangat optimistis ekonomi akan terus membaik, asalkan daerah ini bisa menggendalikan penyebaran Covid-19," kata Hari.
Diungkapkan Hari, Sumsel sudah berhasil melewati tekanan berat ekonomi yang tepatnya terjadi pada triwulan II 2020, yang mana saat itu pertumbuhan ekonomi mengalami terkontraksi -1,53 persen secara year on year.
Namun pada triwulan III, daerah berpenduduk 8 juta jiwa lebih ini mencetak pertumbuhan -1,4 persen (yoy) atau terjadi pertumbuhan 0,13 persen jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Malahan secara quartal to quartal, Sumsel sudah tumbuh 4,12 persen. "Sejauh ini Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumsel bakal berada di kisaran 0,5 -1,0 persen pada akhir 2020," ucapnya.
Mewabahnya Covid-19 tentu sangat memengaruhi perekonomian Indonesia. Meskipun begitu, sekelompok pegiat UMKM di Palembang justru mencari peluang bisnis. Bahkan, mereka pun berani banting setir dari yang tadinya pedagang di mal kini menjadi pengrajin dan pembuat masker pengantin.
Penjual handycraft di Talang Keramat Palembang, Maya Anggraini mengatakan, dirinya mengubah haluan usaha karena saat ini pusat perbelanjaan tempatnya biasa berjualan masih sepi. Ia pun memanfaatkan momen pernikahan yang harus mengenakan masker sebagai protokol kesehatan.
"Sebelum Covid-19, sempat jualan bros untuk jilbab, kalung dan gelang, karena sepi pesanan jadi putar otak cari yang lagi ramai. Ternyata masker hias lagi laku di pasaran, akhirnya saya bersama dua sepupu mengenalkannya lewat media sosial," tuturnya.
Maya mengatakan, UMKM memang perlu melakukan inovasi agar tidak ketinggalan zaman. Serta yang paling penting, bagaimana cara membuat produk berbeda dari yang lain atau memiliki ciri khas.
"Saya bersama Pipin dan Kiki dari dulu memang hobi handycraft dan seni. Jadi memang kita selalu melakukan perubahan. Dari masih sekolah kita suka dagang. Sepengetahuan saya sekarang di Palembang belum ada atau mungkin tidak banyak yang buat masker untuk pengantin," katanya.
Menurut Maya, dalam pembuatan masker pengatin seluruhnya dikerjakan secara manual menggunakan tangan. Satu masker pengantin membutuhkan waktu pengerjaan paling cepat dua hari. Bahkan jika banyak pesanan, pesanan bisa mencapai dua minggu.
"Karena masker pengantin, minimal beli sepasang atau dua masker. Konsumen juga sudah kita kasih tau berapa lama masker jadi kalau antre. Kalau masker polos pakai mesin jahit. Tapi untuk motif sulam dan payet itu jahit tangan. Pesen masker polos juga bisa harganya Rp8.000," kata Maya.
Maya menjelaskan, dirinya memakai bahan yang aman dan lembut yakni kain oxford, satin mengkilat atau kain songket. Sedangkan untuk harga yang dipatok yakni berkisar Rp25.000 hingga 110.000, tergantung tingkat kesulitan motif dan bentuk jahitan payet.
"Konsumen juga bisa custom, harga Rp25.000 motif simpel. Kalau sulam dan full payet bisa Rp85.000 satu masker. Awalnya lihat referensi desain dari YouTube, apalagi kita otodidak. Kadang juga sharing motif dengan teman komunitas Sumsel Crafter," ujar dia.
Selama ini, kata Maya, kesulitan yang dihadapi adalah pembuatan masker tidak bisa cepat selesai. Sebab mereka mementingkan kualitas hasil yang rapih. "Kalau jelek ya kita bongkar ulang," katanya.
Maya melanjutkan, ia berencana memasarkan produknya lebih luas ke luar Palembang atau mungkin melakukan kerja sama pihak Make Up Artist (MUA), agar bisnis masker pengantin miliknya dapat melebarkan sayap.
Sebelumnya sambung Maya, sistem pemasaran handycraft biasanya dengan menyewa stan di sekolah atau mal. Saat ini, ia memilih fokus jualan online dan ternyata menghasilkan jangkauan lebih luas.
"Apalagi dari hasil share, ada yang pesan dari luar kota dilayani tapi ongkir ditanggung konsumen. Pemesanan bisa memesan melalui akun Facebook Kiki Kencana Sari dan Instagram @zaviershops dan aya_anggraini89," katanya.
Editor : Berli Zulkanedi
Artikel Terkait