JAKARTA, iNews.id - Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya jumlahnya cukup banyak. Prasasti tersebut tersebar di wilayah Indonesia, umumnya berada di Pulau Sumatera.
Dikutip dari Buku Kerajaan Sriwijaya dari Kemendikbud, Sriwijaya pernah mempersatukan Nusantara, setidaknya wilayah bagian barat Nusantara di awal sejarah, sebelum kerajaan-kerajaan besar lainnya berkembang.
Konon, prasasti-prasasti tersebut merupakan kutukan dari raja. Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak kebudayaan India tertua ke-3 setelah dua kerajaan pendahulunya pernah berkembang sekitar abad ke-4 M, yaitu Kerajaan Tarumanegara di Jawa bagian barat dan Kutai Kuno di Kalimantan Timur.
Prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh kerajaan Sriwijaya menggunakan bahasa Melayu Kuno, hal itu jelas menunjukkan adanya keeratan hubungan antara penguasa dan rakyat, sedangkan prasasti-prasasti Tarumanegara dan Kutai Kuno masih menggunakan bahasa Sansekerta, bahasa tingkat tinggi yang hanya dimiliki oleh kaum agamawan India Kuno.
Daftar Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Dikutip dari sejumlah sumber, di balik kisah keruntuhan serta kejayaan yang terjadi pada Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Sriwijaya memiliki beberapa peninggalan dan ada beberapa peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya yang belum diketahui oleh banyak orang. Berikut ini beberapa peninggalannya.
1. Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti kedukan Bukit merupakan prasasti pertama dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini ditemukan di sekitar sungai Batang, Kedukan Bukit, Kota Palembang.
Prasasti Kedukan Bukit dapat dijuluki sebagai prasasti Proklamasi Kerajaan Sriwijaya dan menjadi tonggak pertama berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Saat itu, Sriwijaya resmi ditegakkan oleh Dapunta Hyang pada 16 Juni 682 M.
2. Prasasti Kota Kapur
Dikutip dari Kemendikbud, prasasti Kota Kapur ini ditemukan di situs Kota Kapur, Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Prasasti tersebut berbentuk tugu yang ditemukan pada tahun 1892 ini kadatuan (kerajaan) Sriwijaya.
Prasasti Kota Kapur ini berisi mengenai kutukan bagi orang-orang yang hendak memberontak atau tidak patuh kepada Sriwijaya. Pada prasasti tersebut juga ditemukan arca Wisnu yang diduga berasal dari sekitar abad ke-6-7 Masehi. Gaya seninya dipengaruhi oleh gaya seni area pre-Angkor (Kamboja) yang berkembang pada abad ke-6 Masehi.
3. Prasasti Telaga Batu
Prasasti selanjutnya, yaitu prasasti Telaga Batu yang ditemukan di Kolam Telaga Biru, Kecamatan Ilir Timur, Kota Palembang. Prasasti ini berisikan cerita tentang kutukan terhadap orang-orang jahat yang ada di sekitar wilayah kerajaan Sriwijaya.
4. Prasasti Karang Berahi
Prasasti Karang Berahi ini ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa. Prasasti Karang Berahi ini isinya mirip dengan Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Batu. Prasasti ini berisi tentang kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan pada Kerajaan Sriwijaya dan tidak taat kepada perintah raja.
5. Prasasti Palas Pasemah
Peninggalan lainnya dari Kerajaan Sriwijaya, yaitu prasasti yang ditemukan di sekitar pinggiran rawa Desa Palas Pasemah di Lampung Selatan. Pada prasasti tersebut, yang ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa serta menggunakan bahasa Melayu Kuno berisikan tentang kutukan pada orang-orang jahat yang tidak setia kepada Raja Sriwijaya.
6. Prasasti Talang Tuo
Prasasti Talang Tuo ini menyebutkan, pada 23 maret 648 M didirikanlah sebuah taman yang dinamakan Sriksetra di bawah kepemimpinan Sri Baginda Sri Jayanasa. Selanjutnya disebutkan harapan-harapan terhadap tempat tersebut.
7. Prasasti Hujung Langit
Prasasti peninggalan Sriwijaya berikutnya merupakan prasasti Hujung Langit. Tidak banyak yang diketahui dari prasasti ini, namun pada sisi prasasti ini ditemukan sebuah ukiran angka tahun 997 M. Prasasti ini ditemukan di Desa Haur Kuning, Lampung.
8. Prasasti Ligor
Prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya satu ini bukan ditemukan di Indonesia melainkan ditemukan di Thailand bagian selatan oleh Nakhon Si Thammarat. Prasasti ini menceritakan tentang kisah raja Sriwijaya yang membangun Tisamaya Caitya untuk Kajara.
9. Prasasti Leiden
Seperti halnya dengan prasasti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya yang lainnya, prasasti Leiden juga ditulis dengan menggunakan bahasa Sansekerta pada lempengan tembaga dari prasasti tersebut.
Selain ditulis menggunakan bahasa Sansekerta dan bahasa Tamil dan menceritakan mengenai hubungan dinasti Chola dengan dinasti Syailendra dari Kerajaan Sriwijaya.
10. Prasasti Nalanda
Prasasti Nalanda ditemukan di Nalanda, India dan tidak memiliki tanggal pasti dibuatnya. Prasasti ini dikeluarkan oleh Raja Dewapaladewa dari Benggala dan ditulis dalam bahasa Sansekerta.
Isi dari prasasti ini tentang permintaan dari Raja Balaputradewa dari Suwarnadwipa (Sriwijaya) kepada Raja Dewapaladewa untuk mendirikan vihara di Nalanda.
Disebutkan, bahwa Raja Balaputradewa merupakan cucu dari seorang raja di Jawa yang menjadi bagian dari keluarga Syailendra bernama Sri Wirawairi mathana dan anak dari Samaragrawira, yang lahir dari Dewi Tara, putri Raja Dharmasetu.
Meskipun prasasti ini tidak ditemukan di Indonesia, Namun, Prasasti Nalanda tetap dijadikan sebagai sumber sejarah peninggalan yang membuktikan keberadaan Kerajaan Sriwijaya pada masa lalu.
Sejarah Singkat Kerajaan Sriwijaya
Sejumlah sumber menyebutkan, nama Kerajaan Sriwijaya diambil dari bahasa sanskerta, yaitu dari kata Sri berarti cahaya serta Wijaya yang memiliki arti kemenangan. Sehingga, arti dari nama kerajaan Sriwijaya merupakan sebuah kemenangan yang gemilang.
Sebagai negara maritim, berdirinya Kerajaan Sriwijaya ini memberikan pengaruh yang cukup besar di nusantara. Kerajaan ini berdiri pada sekitar abad ketujuh dan pendiri dari kerajaan Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayansa.
Masa Kejayaan dan Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya berhasil meraih masa kejayaannya saat pemerintahan raja Balaputradewa di abad ke-8 dan ke-9 Masehi. Pada masa kejayaannya ini, Sriwijaya diketahui menguasai jalur perdagangan Selat Malaka serta kekuasaannya diperluas hingga Jawa Barat, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Malaysia, Singapura dan Thailand Selatan.
Kemudian Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai simbol kerajaan maritim yang kuat pada masanya.
Sekitar abad 11 Masehi, kerajaan Sriwijaya mulai mengalami keruntuhan ketika raja Sriwijaya ditawan oleh kerajaan Cola yang dipimpin raja Rajendra Coladewa. Di sisi lain, Kerajaan Sriwijaya semakin lemah akibat persaingannya dengan kerajaan-kerajaan dari Jawa.
Lalu, pada abad ke 14 akhirnya kerajaan Sriwijaya benar-benar runtuh akibat serangan Kerajaan Majapahit. Berikut ini beberapa faktor keruntuhan Sriwijaya, di antaranya:
- Raja dari Kerajaan Sriwijaya tidak lagi memimpin dengan baik
- Jauhnya letak pusat kerajaan di Palembang dengan kawasan laut
- Menurunnya aktivitas perdagangan dan Melemahnya sektor militer
- Banyak wilayah Kerajaaan Sriwijaya yang melepaskan diri
- Islam berkembang dengan pesat
- Adanya serangan dari kerajaan lain
Demikian penjelasan mengenai prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya dan sejarah singkatnya.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait